Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Unforgettable Moment" [7]

25 Juni 2019   08:15 Diperbarui: 25 Juni 2019   08:16 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustrated by pixabay.com

Setengah sembilan. Turun dari angkot, kulihat kau sedang menjemur baju. Di samping rumah. Kau tak tahu hadirku. Ibu kost yang duduk di beranda, sudah melihatku. Ibu kost tersenyum. Acungkan jari telunjuk di mulut agar diam. Aku mengerti. 

Perlahan, kulewati pagar menuju ibu kost. Pelan ucapkan salam. Aku diminta duduk. Kuikuti skenario ibu kost. Tak lama, kau selesai dan berbalik badan. Kau terkejut. Terburu berjalan ke arahku. Ibu kost tertawa. Aku tersenyum.

"Mas! Kapan sampai? Udah lama? Kenapa Nik gak lihat?"

"Mesti jawab yang mana dulu?"

Kau tertawa, dan tak butuh jawabku. Kau anggukkan kepala. Segera masuki rumah. Aku dan ibu kost tertawa. Skenario berhasil. Ibu kost memandangku.

"Bilang Nunik, mau ujian skripsi, kan?"

"Minggu depan."

"Siapkan diri baik-baik!"

"Insyallah, Bu!"

"Ibu do'akan."

"Amiiin. Makasih, Bu!"

"Jangan berubah!"

"Hah!"

"Jaga Nunik!"

"Oh! Siap, Bu!"

"Kalian berdua..."

Ucapan ibu kost terhenti, saat kau keluar dari pintu. Sudah rapi. Ada gelas berkopi di tanganmu. Tapi langkahmu ragu. Berhenti sesaat. Bergantian, kau melihatku juga ibu kost. Kau taruh gelas berkopi di hadapku seraya tawari. Ibu kost berdiri. Tersenyum padaku.

"Ingat pesan ibu!"

"Siap!"

"Ibu ke dalam dulu."

"Sekalian pamit ajak Nunik keluar, Bu!"

"Sudah tahu!"

"Tapi pulangnya..."

"Kan sudah hapal aturan di sini?"

Aku tertawa. Ibu kost bergegas masuki rumah. Kau tersenyum. Duduk di sebelahku. Aku menatapmu.


"Gak mandi?"

"Sudah! Nik cuci baju sekalian mandi. Baru jemur!"

"Tapi gak mirip!"

"Hah?"

"Sama pisang goreng?"

Tawamu pecah. Pisang goreng itu, istilahku. Untuk perempuan berdandan menor. Seperti pisang. Dicelup tepung, sebelum digoreng. Kureguk kopi. Kunikmati tawa pagimu. Kunyalakan rokokku. Tawamu berhenti, kau perhatikan mataku.

"Mas begadang?"

"Sampai jam dua!"

"Mata Mas merah?"

"Gak bisa tidur!"

"Tadi dari rental Maknen?"

"Kan udah ganti baju? Selesai shubuh. Mas pulang ke rumah!"

"Ooh!"

"Mas juga cuci baju! Tapi pagi."


Aku tersenyum menatapmu. Kau tutupi wajahmu. Aku tahu kau malu. Saat dengar ucapanku. Dan cubitmu jadi caramu menutupi malu. Aku tertawa. Tanpa aba-aba, kau reguk kopiku.


"Lah?"

"Lupa! Tadi belum Nik cicipi."

"Alasan!"

"Tapi manis, kan?"

"Iya!"

"Kopinya atau Nunik?"

"Gulanya!"

Kau tertawa. Serahkan gelas padaku. Kusisakan setengah. Kukira, pagi itu akan cerah. Tak seperti malam tadi. Bukan saja dipenuhi derai hujan, juga air matamu.

"Ibu kost bilang apa, Mas?"

"Yang mana?"

"Tadi?"

"Tanyain ujian Mas!"

"Bukan itu..."

"Eh?"

"Pesan Ibu ke Mamas!"

"Oh! Suruh siapkan diri!"

"Maaas..."


Khas. Tak hanya suara. Juga caramu, jika tak puas dengan jawabku. Kau tahu, aku menghindar. Aku tertawa. Kau diam, sandarkan tubuhmu ke bangku. Itu reaksi rajukmu. Aku tersenyum. Kuacak pelan kepalamu.

"Mas dido'akan jadi satpam!"

#Nik

#GetMarried #PowerofLove #BecauseofYou #SayLovewithLetter #LoveJustaintEnough #BorntoFight #ThereisaWay #SpeakYourMind

zaldychan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun