"Ini Nunikmu?"
Aku terkejut. Kau angkat wajahmu menatapku. Kuarahkan mataku padamu. Pak Il tersenyum melihat reaksiku.
"Bapak kenal Nunik?"
"Kubaca halaman persembahanmu!"
"Oooh! Kertas pembatas?"
"Iya! Itu halaman persembahan atau surat cinta?"
"Haha..."
"Tapi, kunci pintumu. Sudah bagus! Tak usah tukar!"
Pak Il pergi. Kau kembali duduk. Aku tersenyum, kembali duduk di sisimu. Wajahmu menghadap padaku.
"Mas! Bapak Itu..."
"Iya! Pak Il. Nik takut?"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!