Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Speak Your Mind" [13]

12 Juni 2019   08:15 Diperbarui: 12 Juni 2019   08:19 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Jelang zuhur, Kantin dekanat ramai. Cerita tentang Ketua Jurusan baru, dibumbui pintu baru. Menadi topik hangat. Beberapa teman seangkatan mendatangiku. Saling sapa, bertukar salam. Kubiarkan kau diam. Nikmati suasana kantin.


Dari pintu masuk, namaku disebut. Pak Ilhamdi, pembimbing skripsiku. Biasa kupanggil Pak Il. Sudah berjalan ke arahku. Aku berdiri. Kau juga. Kemudian bertukar salam. Pak Il menatapku dan tersenyum ke arahmu.

"Sudah daftar?"

"Jam sepuluh tadi!"

"Kapan ujian?"

"Menunggu satu dua minggu!"

"Sabar!"

"Siap!"

"Jangan lagi ada pintu baru!"

"Maaf tentang pintu, Pak!"

"Jika yakin benar. Aku di pihakmu!"


Pak Il tersenyum. Sosok dosen senior. Advokad, mantan aktifis Dewan Mahasiswa juga Menwa. Kuanggap mentorku. Dua tahun, aku di latih spartan. Belajar analisa kasus yang beliau tangani. Punya karakter khas dan keras, jika kata unik tak pantas. Bak duri. Tajam di luar, lembut di dalam.


Hingga tiga semester usia skripsiku. Saat kukibarkan bendera perang. Pak Il, lakukan pembiaran. Dan tertawa, ketika kulakukan gencatan senjata.

"Siap Ujian?"

"Insyaallah..."

"Jangan bikin malu!"

"Siap!"

"Jangan turunkan standar!"

"Haha..."

"Serius!"


Aku tertawa. Anggukkan kepala. Tetiba, Pak Il alihkan wajahnya padamu. Kau tak siap. Wajahmu berubah pasi. Kau tertunduk berdiri kaku.


"Ini Nunikmu?"


Aku terkejut. Kau angkat wajahmu menatapku. Kuarahkan mataku padamu. Pak Il tersenyum melihat reaksiku.

"Bapak kenal Nunik?"

"Kubaca halaman persembahanmu!"

"Oooh! Kertas pembatas?"

"Iya! Itu halaman persembahan atau surat cinta?"

"Haha..."

"Tapi, kunci pintumu. Sudah bagus! Tak usah tukar!"

Pak Il pergi. Kau kembali duduk. Aku tersenyum, kembali duduk di sisimu. Wajahmu menghadap padaku.

"Mas! Bapak Itu..."

"Iya! Pak Il. Nik takut?"

"Kaget! Kok tahu Nunik? Cara bicaranya...."

"Pak Il juga Pengacara, kan?"

"Pantas!"

Kau tersenyum. Kulirik jam di tanganmu. Setengah satu. Kureguk kopi tersisa. Kau tertawa. Saat aku sibuk bersihkan ampas kopi di mulutku.

"Makan, yuk?"

"Iya! Tapi Mas jawab dulu!"

"Apa?"

"Nik belum baca halaman persembahan, sabtu kemarin!"

"Baru Mas ketik malamnya!"

"Pulang dari rumah Nunik?"

"Iya!"

"Tapi Pak Il..."

"Mas print satu lembar, tapi kabur. Tintanya habis! Terus Mas jadikan pembatas bab. Malah dibaca Pak Il!"

"Seteliti itu?"

"Naluri Pengacara!"


Kau tertawa. Saat beranjak pergi, aku terhenti. Tanganmu, menarik baju kaosku. Aku menatapmu.


"Mas mau pesan makanan!"

"Satu pertanyaan lagi!"

"Nanti aja!"

"Mas diminta ganti kunci pintu Ketua Jurusan?"

"Gak!"

"Kenapa Pak Il bilang tak usah tukar?"

"Haha..."

"Mamaas!"

"Itu istilah Minang!"

"Maksudnya?"

"Kunci pintu itu, Nunik!"


Kau terkejut. Bersusun kerut di dahimu mencerna ucapanku. Kau menatapku. Kuacak cepat kepalamu. Segera berlalu. Aku tahu. Saat itu kau tersipu.

#Nik

#GetMarried #PowerofLove #BecauseofYou #SayLovewithLetter #LoveJustaintEnough #BorntoFight #ThereisaWay

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun