"Mas sudah bilang dari awal. Nunik juga tahu dan mau. Jika hubungan ini, bukan sekedar..."
Tak kulanjutkan kalimatku. Kau tundukkan kepala. Tak lagi menatapku. Tapi aku tahu, kau mendengarkan. Aku mesti memilih kata. Agar tak lagi ada tangismu.
"Mas juga tahu. syarat itu, bukan cuma selesai kuliah, kan?"
"Tapi maksud Nunik..."
"Mas mesti cari kerja. Bisa saja. Lebih pahit dari selesaikan kuliah untuk wujudkan itu.
"Mas..."
"Tapi harus diselesaikan satu-satu. Pernah Mas bilang, kan?"
Perlahan, kau angkat wajahmu menatapku. Kau anggukkan kepala. Aku tersenyum. Kuusap pelan kepalamu. Tak ada lagi reaksimu. Tanpa suara kau memilih diam.
"Nik tahu keinginan Mas? Kalau bisa, sama-sama selesai. Jika pun tidak, salah satu mesti selesai. Mas akan bantu dan tunggu. Masih ada waktu!"
Itu harus kuujarkan. Aku tahu khawatirmu. Bertahun hubungan tak menjamin kebersamaan. Berkali contoh kau ajukan. Kuabaikan. Karena aku ingin kau percaya. Satu cinta tak hanya ada dalam dongeng.
Kubiarkan kau cerna kalimatku. Tangan kananmu, merengkuh erat lengan kiriku. Kau menatapku.