Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadan, Saatnya Kembali ke Tujuan Awal Memiliki Media Sosial

17 Mei 2019   04:45 Diperbarui: 17 Mei 2019   04:49 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by : pixabay.com

Di era nyaris semua serba digital ini. Sulit menemukan seseorang yang tak memiliki satupun media sosial. minimal satu akun, ya? Jikapun kemudian memilih melakukan deaktivasi akun media sosial, setidaknya pernah, kan? Akan kuhormati pilihan tersebut.

Banyak motivasi saat seseorang membuat dan memiliki  akun media sosial. Semisal, untuk bersosialisasi dengan teman atau sanak keluarga guna memangkas jarak dan waktu, untuk menambah wawasan dan jaringan berdasarkan kesamaan hobby atau kegemaran. Akhir-akhir ini, malah media sosial dijadikan arena iklan yang murah meriah buat yang memiliki naluri bisnis. Terakhir, bisa juga menjadi wadah untuk berekspresi, menunjukkan eksistensi dan aktualisasi diri. Itu, positifnya, ya?

Terkadang, media sosial juga dijadikan wadah menyuarakan aspirasi personal dan kepentingan kelompok. Sehingga secara tak sadar, "terjebak" dalam aneka perbedaan, pro-kontra bahkan saling hujat.

Arus informasi di media sosial bergerak dalam hitungan detik. Dari berita yang didasari fakta, berbasis data, hingga kabar berselimut kabur dan absurd. Hingga pengguna media sosial acapkali terjebak dalam info hoax. Dan ujung-ujungnya, saling timpal cacian, makian, kemarahan dan kebencian.

Pada tahun ini, Ramadan 1440 H musti dilalui pada situasi dan kondisi politik yang semakin memanas. yang sejak awal sudah terlanjur mengkotakkan anak bangsa. Awalnya, aku berharap pada saat ramadan sebagai bulan penuh berkah. Akan mendamaikan kubu yang saling bersebrangan. Eh, ternyata masih ada!

Tak jarang ditemui cerita unfollow, unfriend atau saling blokir. Gegara perbedaan faham, kepentingan atau ide dan pemikiran. Jadi lupa, jika media sosial adalah media untuk bersosialisasi. Ahaaaay...

Illustrated by : pixabay.com
Illustrated by : pixabay.com
Dari tiga akun media sosial yang kumiliki, masih saja banjir hal-hal negatif di linimasa. Adanya yang memang menyuarakan keyakinan sendiri atau malah sekedar share. Dan, acapkali menjengkelkan adalah yang bersangkutan terkadang tak membaca, tak mengerti bahkan tak tahu apa yang sudah di share karena terjebak pada judul! Gak tahu juga, motivasinya apa? Yang penting, share! Susah, ya?

amun, sikapku pribadi karena berpijak dari tujuan memiliki dan menggunakan media sosial adalah sebagai wadah untuk sosialisasi dan Ekpresi. Ketika menemui teman-teman yang terlibat di ranah saling hujat itu adalah "pembiaran".  Kenapa memilih sikap begitu?

Pertama, belajar dari pengalaman, "saling hujat" itu akan lenyap seiring waktu. Biasanya akan pindah topik lagi jika ada isu lokal atau nasional yang lebih hot untuk dibicarakan.

Kedua, aku pribadi juga menggunakan media sosial hanya untuk saling sapa dan berbagi apa yang sudah kulakukan atau kutulis. Semisal artikel yang kubuat di Kompasiana.

Ketiga, aku juga kurang begitu tertarik dengan aneka berita dari sumber abal-abal atau ga jelas. Jika pun yang berbagi adalah teman dekat, akan kubaca serta merespon sekadarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun