Cuaca sore februari lembab. Aroma air laut pekat. Terbawa angin penuhi udara. Saat kau pegang lenganku seberangi jalan. Berhenti di depan Gramedia. Kuhentikan angkot putih. kuanggukkan kepala padamu. Tak ada suara. Kau terpaksa naik. Aku duduk di sebelahmu. Penumpang dua orang. Hanya kau juga aku. Angkot bergerak. Aku menatapmu, kau menghindar.
"Harus pulang dulu. Nanti keluar lagi, ya?"
"Terserah Mas!"
"Nik kenapa?"
Hening. Tak ada jawabmu. Kau bersandar di sisi jendela menatapku. Masih tak bersuara. Kucoba cari sesuatu di matamu. Tak kutemukan. Kuraih dan kubuka tasmu. Kau biarkan. Kuambil buku dan pulpenmu, kubuka lembaran kosong. Kutulis dengan huruf kapital. "KOMUNIKASI BISU. ANGKOT LABOR. 14 FEBRUARI 1998". Bukumu, kutaruh di paha. Aku mulai menulis "ada apa?". Â Kuberikan pulpen padamu. Kau tersenyum, meraih pulpen.
"Nik, gak mau pulang!"
"Pulang dulu!"
"Gak mau!"
"Gak enak sama ibu Kos!"
"Tadi kan ibu tahu, Nunik bareng Mas?"