kaki lelaki itu dipaksa kukuh. berdiri tegak menopang renta tubuh. ajukan segaris senyum disudut bibir. mengenang subuh terakhir.
"aku lelakimu, tak kan berlari!"
Lelaki itu sembunyikan asa. lupakan rindu di ujung senja. tak lelah jejaki hari. tigapuluh tujuh purnama subuh terlewati.
"kuingin sepertimu!"
usai hujan, di tepi pusara istri. lelaki itu memeluk sunyi pagi. tak kuasa menyingkap tabir takdir. tak lagi menanti subuh untuk bisikan kata akhir.
"aku tak lagi lelakimu, maafkan aku!"
Curup,
17.01.2019
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!