Mohon tunggu...
Zakiya Ar_Rahma
Zakiya Ar_Rahma Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar sepanjang hayat. This too shall pass.

Mencintai buku dan kehidupan yang dijalani saat ini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pandemi dan Peran Perempuan

15 Agustus 2021   20:42 Diperbarui: 15 Agustus 2021   20:47 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam melawan pandemi Covid-19 dibutuhkan kerja sama banyak pihak. Meskipun andil besar berada di tangan pemerintah yang mempunyai wewenang membuat kebijakan. 

Misalnya kebijakan menutup akses penerbangan luar negeri, sehingga warga dari negara lain yang berpotensi menularkan Covid-19 tidak dapat masuk ke Indonesia. 

Pemerintah juga berwenang mengatur proses vaksinasi dan proses penyaluran bantuan. Walaupun rakyat kembali dibuat kesal dengan adanya kasus korupsi Bansos. Bahkan belum reda rasa kesal itu, masyarakat dikejutkan dengan isu harga baju dinas yang mencapai puluhan juta ditengah pandemi Covid-19. Pantas saja Najwah Shihab melakukan kritik terhadap pemerintah atas hilangnya rasa empati terhadap rakyat di tengah pandemi.

Pihak lain yang dibutuhkan untuk bekerja sama melawan Covid-19 adalah perempuan

Mengapa perempuan? Karena selama pandemi perempuan menjadi salah satu pihak yang paling rentan terdampak Covid-19. 

Misalnya terkait tingginya angka perceraian di masa pandemi. Pada pertengahan 2020 beberapa daerah di Indonesia mengalami peningkatan kasus perceraian, seperti di Merangin terdapat 80 kasus tambahan dibandingkan tahun sebelumnya, di Semarang terdapat 1.586 kasus perceraian dan di Tangerang Selatan kasus perceraian naik 10%. 

Peningkatan tersebut dipicu oleh beberapa faktor seperti kondisi ekonomi keluarga yang memburuk, kepala rumah tangga yang terkena PHK dan kasus kekerasan terhadap perempuan yang belum reda. 

Tidak hanya perceraian, kasus ibu menyusui yang tidak mendapatkana kecukupan gizi serta kasus ibu hamil yang rentan terpapar Covid-19 juga harus menjadi perhatian.

Peran Perempuan Tidak Sebatas Tagar #IngatPesanIbu

Tagar #Ingatpesanibu sedang tranding di akun twitter dan instagram. Tagar ini ingin menggambarkan peran ‘ibu’ dalam mendisplinkan protokol kesehatan karena sosok ‘ibu’ sering dicitrakan sebagai sosok yang cerewet. 

Ibu juga dilekatkan dengan pekerjaan domestik seperti memasak dan mengurus anak. Sehingga tagar tersebut berharap anak-anak dan para suami akan selalu mengingat pesan ibu atau istri nya dalam mematuhi protokol kesehatan, seperti ucapan “nak, jangan lupa maskernya” atau “yah, maskernya sudah dipakai?”.

 Namun bagi penulis, tagar #IngatPesanIbu justru mengkerdilkan peran perempuan di masa pandemi. Karena tidak semua perempuan bekerja sebagai ibu rumah tangga, bahkan beberapa perempuan mungkin memilih tidak mempunyai anak dan urusan domestik bukan hanya tanggung jawab perempuan namun juga laki-laki.

Sebagaiman tugas pengasuhan anak bukan hanya tanggung jawab ibu namun kedua orang tua. Untuk itu tagar #IngatPesanIbu lebih baik diganti dengan tagar yang lebih ‘sehat’ seperti #AyoPakaiMasker #WargaBantuWarga dan hashtag lainnya yang lebih sensitif gender. Karena di masa pandemi perempuan tidak hanya berperan sebagai ‘agen penasihat’ sebagaimana tagar #IngatPesanIbu. 

Namun perempuan juga dapat menjadi aktor pembentuk opini publik, aktor penangkal hoax terkait Covid-19, terjun sebagai relawan yang menyalurkan bantuan Covid-19, bahkan sebagian besar nakes kita adalah perempuan. 

Sebagaimana ajakan dokter Mesty untuk mendorong perempuan ikut andil dalam melawan wabah. Doskter Mesty Ariotedjo merupakan salah saorang dokter yang mendapatkan penghargaan ‘forbes 30 under 30 Asia’, founder wecare.id dan salah satu inisiator konser amal virtual para musisi Indonesia untuk membantu masyarakat yang terdampak Covid-19. Perempuan seharusnya juga ikut berperan sebagai relawan untuk menyalurkan bantuan. Sebagaimana keterlibatan perempuan Kulonprogo DIY. 

Ketika perempuan terlibat menjadi relawan perempuan mempunyai hak untuk membuat keputusan. 

Misalnya memutuskan sasaran bantuan covid-19 yakni para lansia, janda, anak yatim piatu dan ibu hamil (melihat banyaknya kasus ibu hamil yang meninggal karena positif Covid-19) dan perempuan menyusui. 

Perempuan juga turut menentukan isi atau jenis bantuannya seperti popok, susu, minyak telon, sembako, makanan bergizi dan bumbu dapur. Sehingga perempuan tidak hanya diposisikan sebagai korban bencana Covid-19 namun juga berperan membantu korban Covid-19.

Peran lainnya adalah kepemimpinan perempuan. 

Banyak pemimpin perempuan yang berhasil melawan pandemi melalui kebijakan yang dilakukan. Misalnya perdana menteri Sint Maarten di kepulauan karibia, Silveria Jacobs. Silveria Jacobs mempunyai ketegasan dalam penyampaian pesan dan mampu memberikan contoh tindakan tegas penanganan pandemi di daerahnya. 

Pemimpin perempuan lainnya adalah perdana menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern yang juga mempunyai sikap yang tegas dalam penanganan pandemi seperti menutup perbatasan dan pemberlakuan lockdown. 

Di Selandia Baru kasus positif Covid-hanya berkisar 192.399 kasus dan meninggal 9 orang. Tidak hanya itu, empat dari lima negara di Eropa Timur dipimpin oleh perempuan dan sebagai besar negaranya mempunyai tingkat kematian akibat covid-19 lebih rendah. 

Artinya, para pemimpin perempuan ini berhasil membuktikan pada dunia bahwa perempuan mempunyai peran yang sangat strategis di masa pandemi. Yakni lebih dari dewan penasihat atau mengambil peran domestik saja. Untuk itu, perlu didorong keterlibatan perempuan di berbagai sektor demi pulihnya Indonesia dari wabah. 

           

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun