Mohon tunggu...
Moderasi Info
Moderasi Info Mohon Tunggu... Penulis - Mari bernalar liar memenjarakan fikiran adalah awal mula kemunduran peradaban

Mari bernalar liar memenjarakan fikiran adalah awal mula kemunduran peradaban

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Miskin Itu Proyeksi Pemerintah

20 Januari 2021   17:55 Diperbarui: 20 Januari 2021   17:59 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bangsa saat ini telah cukup mencapai titik yang seriusnya dimana pengangguran mewabah di seluruh penjuru pulau

Terhitung sekitar 7 jt warga Indonesia belum mampu memposisikan dirinya sebagai waarga yang makmur seperti yang dicita - citakan bangsa ini. Kurasa hal ini sepadan dengan kasus corona di Wuhan...hahahha...Hanya saja modelnya berbeda...

Saya rasa bangsa ini perlu kembali merefleksi akan substansial yang sesungguhya bahwa

UUD 1945 menyatakan, "Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan" (Pasal 33 Ayat 1); "Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara" (Pasal 33 Ayat 2); "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat" (Pasal 33 Ayat 3); dan "Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional" (Pasal 33 Ayat 4).

Itu bunyi UUD dan tentunya tidak ada penolakan pemerintah selaku pemilik otoritas tuk menerapkan itu.

Mereka punya Hak tuk dapatkan itu, toh setiap warga sejajar kok menurut konstitusi, tak ada pengkhususan bagi setiap orang ,kolega ataupun kelompok untuk menikmati satu butir ayat dalam Undang - Undang.

Kemiskinan berangkat dari berbagai macam ihwal, mereka tak mendapat kerja karena bukti legalitas pendidikan mereka tak punya, lantaran pendidikan yang mahal. Ada yang sekolahnya terhenti sebab kantongnya tak bersahabat dengan angsuran sekolah, kampus dan lain sebagainya, ada pula yang sulit mendapatkan pendidikan atau dalam hal ini melanjutkan sekolah lantaran tak lulus ujian - ujian masuk kampus.

Pernah tidak kita berfikir Pendidikan bangsa ini memang didesain agar mampu di nikmati oleh orang - orang tertentu?

Uang, Kolega, Kapasitas menjadi sub bagian dari instrumen yang menghantarkan kita menuju bangku pendidikan.

Pada pasal 31 ayat 1 UUD 1945 berbunyi : Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Setauku UUD ini masih ada dalam Kitab Undang - Undang atau mungkin sudah dihapus ? Maaf kurang Update ..hahahhaha...

Kalau memang Negara adalah Hukum maka pemerintah tak mungkin menyimpang dari kitab Undang - Undang...

Tak perlu ada tes ujian masuk sekolah atau perguruan tinggi sebab pendidikan memang bahasa UNDANG - UNDANG yang perlu aplikatif nyata dan semua orang berhak sekolah sehingga sekolah tak nampak sebagai bangunan dari segorombolan orang yang memiliki kasta atau derajat tertentu.

Itu dari segi Pendidikan...tapi bukan juga semata - mata karena pendidikan, ada juga orang yang punya riwayat pendidikan memadai tapi tak bekerja lantaran bangsa ini dipenuhi orang asing untuk mengisi posisi khusus dalam dunia pekerjaan...

Pemerintah bukanya kurang dalam menyediakan lapangan bekerja sekalipun itu belum maksimal, tapi pemerintah lebih trust orang asing ketimbang warga lokal...atau mungkin pemerintah menyediakan hanya untuk orang luar saja bukan untuk kita. Dengan mencontoh negara-negara tetangga yang mendahulukan kepentingan pembangunan ekonomi kerakyatan dari tingkat terbawah seperti Jepang, Korea, Singapura, dan Malaysia, Indonesia sudah sepatutnya melakukan hal yang sama sejak semula.

Bukan malah stagnan pada model - model terdahulu seperti

liberal-kapitalistik-pasar bebas, sekaligus dualistik. Bangsa ini adalah berani dan itu didikan para pendahulu - pendahulu kita sifat welcome yang berlebih sekarang ini memperlihatkan lemahnya bangsa ini dan ketika sikap itu terus ditonjolkan, yakin saja Bangsa ini akan kehilangan harga diri.


Bangsa ini berdiri atas dasar perjuangan para pendahulu merelakan bercak darah yang tak sedikit, keringat yang bercucuran baik secara fisik maupun non fisik, oleh karenanya kalian, maupun kita sebagai generasi penerus sekarang ini punya tanaggung jawab moral untuk menjaga citra atau marwah bangsa yang sejauh ini sudah terkonstruk dengan serius.

RAWAT IBU PERTIWI DARI SEGALA VIRUS ASING YANG

MEMBAHAYAKAN AGAR PERJUANGAN BANGSA KITA TAK HANYA

MENJADI KIASAN SEJARAH BELAKA...

penulis : zaki muchtar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun