Mohon tunggu...
Zaki Mubarak
Zaki Mubarak Mohon Tunggu... Dosen -

Saya adalah Pemerhati Pendidikan tinggal di Tasikmalaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahagia Sederhana Kita

1 September 2017   08:17 Diperbarui: 1 September 2017   09:21 1573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Yang palig hebat dan membahagiakan masyarakat desa pada pesta politik adalah menawarkan suara komunal mereka untuk dijual dalam memperbaiki insfrastruktur mereka. Ada yang "menjual" suara dengan renovasi mesjid, sepuluh traktor, karpet masjid, dan yang paling banyak dilakukan adalah mengaspal jalan. Memanfaatkan uang politisi untuk membangun sarana prasarana bersama adalah dampak baru dari politik demokrasi one man one vote. Mereka tidak melihat itu sebagai politik uang, mereka hanya berpikir bagaimana caranya fasilitas bersama diselesaikan.

Bagi mereka, sesiapapun yang memimpin dalam politik, tidak akan berubah hidupnya. Kesempatan para politisi membutuhkan suara mereka adalah kesempatan  emas untuk memperbaiki fasilitas yang diharapkan. Inilah kebahagiaan mereka dalam berpolitik. Dalam dimensi ilmu politik, ini adalah salah, tapi realitanya memang dalam persepsi mereka ini lah politik jual-beli yang benar dalam membahagiakan hidup komunalnya.

*****

Bahagia adalah urusan hati. Tidak sedikit orang Indonesia yang bergelimpangan harta tidak merasa bahagia dengan uang, pangkat, atau kedudukannya. Mereka tertekan dengan segala yang ia punya. Ia menghabiskan uang untuk mencapai kebahagiaan dengan cara bermain wanita di pub malam, makan di restoran yang super mahal, melancong ke luar negeri yang harganya selangit, atau pergi ke villa dengan wanita yang bukan muhrim. Mereka menjual keresahannya untuk mendapatkan kebahagiaan.

Jika benar bahwa tujuan hidup itu adalah kebahagiaan, maka hidup di pedalaman sepertinya lebih membahagiakan daripada hidup di kota. Hidup dengan sederhana dan komunal sepertinya lebih bermakna dari sekedar menjalani hidup dengan persaingan mengumpulkan "materi" dunia. Hidup sepertinya harus dinikmati untuk berbahagia selalu. Hidup adalah menunggu, yang sehat menunggu sakit, yang muda menunggu tua, yang kaya menunggu miskin, yang bahagia menunggu sedih. Jadi, tidak ada alasan untuk menunda bahagia kita saat ini. Berbahagialah dengan sederhana. Tapi, jangan lupa sholatnya.

Bumimertua, menjelang Sholat Idul Adha, 01/09/17

Tulisan lain saya bisa dilihat di www.zakimu.com

terimakasih telah berkunjung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun