Mohon tunggu...
Zaki Fahminanda
Zaki Fahminanda Mohon Tunggu... Lainnya - Honesty is a very expensive gift. Do not expect it from cheap people

Kombinasi Semangat dan Etika

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rasisme, Amerika, dan Kompleksitasnya di Beberapa Negara

14 Juni 2020   23:38 Diperbarui: 15 Juni 2020   10:44 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demonstran memadati Portland, Oregon, Amerika Serikat, pada Jumat (29/5/2020) untuk memprotes pembunuhan George Floyd. | Sumber: SIPA USA/JOHN RUDOFF via REUTERS

Upaya dalam memadamkan api rasisme di Amerika Serikat bukannya tidak ada atau tidak pernah dilakukan. Bahkan, isu yang bersumber dari budaya perbudakan di Amerika Serikat tersebut, sebenarnya telah dicoba untuk dihilangkan oleh salah seorang Founding Fathersnya sendiri, yakni Abraham Lincoln melalui dekrit Proclamation Of Emancipation pada 31 januari 1865.

Presiden Amerika Serikat ke-16, Abraham Lincoln| Ilustrasi Amazon.com
Presiden Amerika Serikat ke-16, Abraham Lincoln| Ilustrasi Amazon.com
Melalui Proklamasi tersebut, Abraham Lincoln menyerukan kepada pemerintah di seluruh negara bagian untuk menghapus praktik perbudakan dan mewajibkan kesetaraan hak bagi seluruh rakyat Amerika Serikat, tanpa kecuali.

Ada yang menilai kebijakan ini hanya sebuah strategi Abraham Lincoln untuk menghentikan perang saudara (civil war) dan upaya memperpanjang kekuasaannya di Amerika Serikat, tapi setidaknya langkah tersebut telah ditandai sebagai batu pijakan bagi pergerakan menyetarakan hak-hak sipil dan menghapuskan sistem perbudakan di Amerika Serikat.

Kendati demikian, untuk menghilangkan stigma warga kelas dua bagi masyarakat keturunan Afrika-Amerika tidak semudah dibayangkan. Kebiasaan masyarakat kulit putih Amerika memandang rendah warga berkulit hitam bahkan tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Selain tentunya penegakan hukum, rasisme juga terlihat jelas melalui sistem ekonomi dan keuangan. Bank-bank di Amerika cenderung memberikan pinjaman dengan bunga tetap (fixed rate) kepada warga kulit putih. 

Sedangkan bagi warga keturunan Afrika-Amerika dan lainnya dikenakan bunga tidak tetap (floating rate), karena ditakutkan mempunyai risiko gagal bayar yang lebih tinggi. 

Dan apabila memang terbukti nantinya mereka gagal bayar, mereka akan kehilangan rumah dan propertinya serta akan sulit mencari pekerjaan ke depannya. (sumber: Buku Debt To Society).

Jadi, wajar saja jika saat sekarang ini ada yang mengatakan bahwa Amerika adalah negara yang rasis. Bahkan sikap rasisme itu ditunjukan oleh masyarakat hingga pemerintahnya sendiri. Sudah sistemik. 

Seperti yang kita ketahui bersama, jika sebuah hal yang sudah meluas dan mengakar secara sistemik, maka akan sangat sulit diberantas. Kalaupun bisa, mungkin perlu usaha yang cukup keras dan memakan waktu yang cukup lama.

Pimpinan NAZI, Adolf Hitler| Sumber: Roger Viollet/Getty
Pimpinan NAZI, Adolf Hitler| Sumber: Roger Viollet/Getty
Kompleksitas Rasisme

Pemahaman rasisme ini sebenarnya cukup luas dan kompleks penilaiannya. Tidak hanya berhubungan dengan perbedaan hitam dan putih saja, seperti yang terjadi di Amerika saat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun