Mohon tunggu...
Zaki Fahminanda
Zaki Fahminanda Mohon Tunggu... Lainnya - Honesty is a very expensive gift. Do not expect it from cheap people

Kombinasi Semangat dan Etika

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Covidiot dan Tigo Tungku Sajarangan

27 Mei 2020   00:33 Diperbarui: 8 Juni 2020   20:06 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dok. Universitas Budi Luhur)

Mencermati fenomena Covidiot ini, sepertinya ada yang miss (hilang) di dalam penerapan kebijakan-kebijakan pemerintah, khususnya di wilayah Provinsi Sumatera Barat. Keterlibatan "Tigo Tungku Sajarangan", dalam pengambilan dan pelaksanaan kebijakan-kebijakan bersifat sosial kemasyarakatan kurang terasa. Para Ninik mamak dan Alim Ulama yang merupakan bagian dari Tigo Tungku Sajarangan, sepertinya belum diberikan tugas dan tanggung jawab yang proporsional dalam kebijakan penanganan Covid-19 ini.

Jika kita lihat lebih jauh, para ninik mamak yang merupakan seorang penghulu dan pimpinan adat dalam kaumnya, memilki peran besar untuk mengayomi, melindungi sekaligus mengawasi anak kemenanakannya. Ketika pemerintah melakukan himbauan yang bersifat formal, terkadang tidak ditanggapi dengan serius oleh masyarakat, hal inilah yang bisa disandingkan dengan peran dari Ninik mamak. 

Ajakan dari para Ninik Mamak yang lebih informal, namun lebih cepat dipahami, bisa diibaratkan sebagai sebuah rambu-rambu yang apabila dilanggar oleh anak kemenakannya bisa berdampak luas pada keluarganya, karena dianggap tidak mematuhi perintah penghulu atau pimpinan kaum. Tentu kelebihan ini bisa dimanfaatkan dalam upaya penanganan penyebaran Covid-19.

Kemudian, Alim Ulama. Peran alim ulama di tengah-tengah masyarakat Minangkabau yang berkehidupan dengan memakai landasan adat basandi syara', syara' basadi kitabullah tentu sangat vital. Ulama adalah tempat meminta fatwa sekaligus bertanya terkait penerapan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. 

Ulama juga berfungsi sebagai pembina iman dan akhlak anak nagari, sehingga setiap prilaku dari anak nagari di Minangkabau sudah di dalam koridor aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh para alim ulama. Dan tentunya bagi yang melanggar aturan-aturan tersebut, akan langsung mendapatkan peringatan dari para alim ulama.

Melihat hal tersebut, maka para Cerdik Pandai di Pemerintahan sebagai unsur ketiga dari "Tigo Tungku Sajarangan" diharapkan bisa menjalin kolaborasi yang baik dengan Ninik Mamak dan Alim Ulama dalam upaya pencegahan Covid-19 di Sumatera Barat. Kembalikan representasi tata pemerintahan di Minangkabau dengan melibatkan seluruh unsur Tigo Tungku Sajarangan dalam pengambilan dan penerapan kebijakan pada masyarakat. 

Musyawarahkan dan mufakati tugas dan tanggung jawab yang proporsional bagi para ninik mamak, alim ulama, dan cerdik pandai, sehingga nantinya apakah kebijakan PSBB, pelonggaran PSBB atau berdamai dengan Covid-19 yang akan diambil, bisa dirumuskan dan diimplementasikan bersama, Alua Samo dituruik, Limbago samo dituang.

Dengan baiknya kerjasama antara ketiga unsur ini, maka masyarakat minangkabau bisa menilai bahwa pepatah Minang "ringan samo dijinjiang , barek samo dipikua"  tidak hanya menjadi slogan belaka, tapi memang tertanam di dalam asa masing-masing manusia.

telah tayang di tribunsumbar.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun