Mohon tunggu...
Zaki Fahminanda
Zaki Fahminanda Mohon Tunggu... Lainnya - Honesty is a very expensive gift. Do not expect it from cheap people

Kombinasi Semangat dan Etika

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Covidiot dan Tigo Tungku Sajarangan

27 Mei 2020   00:33 Diperbarui: 8 Juni 2020   20:06 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dok. Universitas Budi Luhur)

Bulan Ramadhan, 1441 Hijriah Tahun 2020 ini kita dihadapkan kepada sebuah kondisi dan situasi yang extra ordinary. Kondisi yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan bulan Ramadhan pada tahun-tahun sebelumnya. 

Memang kita masih bisa berpuasa, tetapi kita sudah tidak bisa leluasa lagi beribadah di mesjid dan mushalla. Kita sudah sulit untuk bertemu dengan orang tua, sanak saudara, karib kerabat bahkan rekan kerja. Covid-19 yang hadir ditengah-tengah kehidupan kita membuat kita harus membatasi diri untuk bersilaturrahmi dengan sesama.

Banyak keluarga yang mengurungkan niatnya untuk pulang kampung, hanya karena takut akan menulari atau bahkan ditulari oleh anggota keluarganya yang lain. Karena, kondisi sehat belum tentu ada jaminan kita bisa terhindar dari Covid-19 ini. Status Orang Tanpa Gejala yang positif Covid-19 sudah membuktikan hal tersebut. Jadi dari pada mengambil resiko yang tidak kita inginkan, lebih baik saling menjaga dengan cara tidak bertemu dahulu.

Namun hal itu terjadi, mungkin hanya di dalam benak teman-teman kita yang ada diperantauan saja. Karena, jika mereka tahu kondisi yang sebenarnya di kampung halaman mereka, sangat jauh api dari panggang. Kebiasaan masyarakat dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri setiap tahunnya, sepertinya tidak berubah banyak. 

Di Kota Padang saja, meski telah ditetapkannya status PSBB untuk yang kedua kalinya oleh pemerintah pada Tanggal 6 mei 2020 lalu, masyarakat masih saja setia memenuhi toko-toko baju, distro dan butik guna memenuhi hasrat mereka dalam menyambut hari raya. Tidak ada yang berubah, masih sama.

Berdasarkan pers rilis dari Biro Humas Setda Provinsi Sumatera Barat, Tanggal 20 Mei 2020, angka positif Covid-19 di Sumatera Barat sudah mencapai 428 orang. Sebuah angka yang cukup besar jika dibandingkan dengan Provinsi Lain di pulau Sumatera. 

Kita hanya kalah dari Provinsi Sumatera Selatan yang berada pada rangking pertama, sebagai Provinsi paling banyak mendapatkan korban Covid-19 di pulau sumatera, dengan jumlah 646 orang. Bahkan untuk seluruh Provinsi di Indonesia, Provinsi Sumatera Barat berada di peringkat sembilan sebagai Provinsi terbanyak kasus positif Covid-19.

Seharusnya, dengan bertambahnya jumlah pasien yang positif Covid-19, juga diikuti dengan meningkatnya kewaspadaan masyarakat dalam mengantisipasi penyebarannya. Namun apa mau dikata, kenyataan di lapangan sepertinya tidak mencerminkan hal tersebut. 

Banyak yang tidak peduli dan tidak ambil pusing dengan kondisi dan situasi perkembangan Covid-19 di Sumatera Barat. Keadaan ini tentu sangat memprihatinkan sekali, mengingat di sisi yang lain, banyak petugas yang sudah susah payah bekerja siang dan malam merawat pasien di Rumah Sakit, melakukan penjagaan posko-posko kesehatan di perbatasan daerah, dan menjaga pasien di pusat-pusat karantina kesehatan.  

"Covidiot", mungkin itulah kata yang sering disematkan kepada masyarakat yang sudah tidak mempedulikan kondisi lingkungannya pada saat ini. Ketika sebagian kalangan telah mencoba meredam penyebaran Covid-19 ini dengan memberlakukan protokol kesehatan sesuai dengan arahan pemerintah, sebagian yang lain malah secara terang-terangan melanggar kebijakan pemerintah tersebut. Padahal pemberlakuan kebijakan tersebut muaranya juga untuk kepentingan seluruh masyarakat, agar semua bisa kembali bekerja dan beraktifitas secara normal seperti semula.

Pandemi Covid-19 ini memang menjadi sebuah pembuktian bagi semua orang. Pemimpin dengan kualitas kebijakannya dan masyarakat dengan kualitas kebersamaan mereka. Semuanya dibuktikan hari ini, dan semua orang bisa melihat dan menilainya. Jika memang kualitas mereka baik, tentu apapun yang akan menjadi ujian, hambatan dan rintangan akan mudah untuk dilewati. Namun apabila sebaliknya, bisa dipastikan semua akan menjadi ruwet dan justru membawa kepada kondisi yang lebih buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun