Mohon tunggu...
Zakiah Wahyuni
Zakiah Wahyuni Mohon Tunggu... Pelajar

Halo gays nama aku Zakiah Wahyuni biasa dipanggil kia tapi kalau mau lebih akrab panggil sayang juga boleh dong, eits bercanda ya dek ya. Aku sangat hobi membaca, seperti baca cerita Wattpad, AU, maupun Novel hehe. Aku juga suka menulis tapi ya sesuai mood sih wkwkwk

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenangan Yang Tertinggal

5 Januari 2025   14:33 Diperbarui: 5 Januari 2025   14:33 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi ini cuaca terasa amat dingin, sama seperti sikap kamu yang sekarang. Udara yang berhembus kini menusuk kulit tanpa permisi. Tidak ada yang berani membuka suara. Kita berdua sama-sama tenggelam dan terjebak dalam perasaan kita yang sama-sama egois. Pada akhirnya pun, aku yang memulai perbincangan di mana aku akan bercerita tentang awal kita berjumpa.         

"Aku masih sangat ingat awal pertemuan kita, tempat ini menjadi saksi saat kamu ramah dan manis, bahkan sangat sopan saat berbicara, aku bahagia dihari itu. Akan tetapi, setelah berjalannya waktu kini sikapmu miris berubah. Kamu yang sekarang bukanlah kamu yang dulu" Monolog ku

   Pria yang berwajah tampan dan bersikap dingin ini bernama Alex. Alex yang dulunya bersikap lemah lembut kini tiba-tiba diam membisu. Alex adalah cowo yang mempunyai sifat bosenan terhadap wanita dan yang lebih parahnya Alex juga tidak pernah cukup dengan pasangannya yang sekarang. Tapi itu dulu. Namun dengan beriringan waktu ternyata pikiranku salah. Nyatanya sikap itu masih ada diri Alex. Itulah yang membuat Alex berubah kepadaku.

   "Alex, bolehkah aku bertanya sesuatu kepadamu?" ucapku sembari menatap dirinya.

   "Boleh, silahkan" ucap Alex kepadaku dengan kata-kata yang cuek.

   "Hal apa yang membuat kamu dingin seperti ini?karena tidak biasanya begini, ada apa dengan dirimu?"tanyaku dengan serius.

   "Enggak, aku tidak apa-apa kamu tenang saja" ucap Alex kepadaku.

    Saat itu, Alex masih tidak mau memberi tahu apa alasan dirinya bisa berubah begitu cepat. Aku pun bertanya-tanya kepada dirinya namun, dia menjawab ku begitu dingin, akan tetapi aku tidak putus asa, dan terus berusaha mengajak dirinya berbicara kepadaku.

   "Alex, lihatlah kupu-kupu itu, begitu indah bukan?" ucapku sembari melihat kupu-kupu yang berterbangan.

   "Iya, kupu-kupu itu memang sangat indah" ucap Alex kepadaku.

   "Kupu-kupunya indah ya, seperti awal kita berjumpa, entah kenapa setelah melihat kupu-kupu itu aku jadi merindukan masa-masa kita yang dulu" Ucapku sembari berjalan menuju kupu-kupu itu. Disaat aku terus berbicara Alex hanya mendengarkan saja, seolah olah dia emang tidak peduli lagi dengan kata-kataku. Kini aku semakin bingung akan sikapnya yang sekarang.

"Apa Alex ada wanita selain aku, ya? Eh, astaga pikiran apa ni, ah sudahlah apa yang aku pikirkan itu pasti tidak benar" batin ku yang mencoba menghempaskan pikiran negatif itu

Saat itu aku pun berbalik badan dan kembali menghampiri dirinya sembari berkata,

   "Alex, ada apa dengan sikapmu yang sekarang? kenapa kini kamu berubah begitu dingin kepadaku?" tanyaku sembari menepuk bahunya.

   "Aku tidak apa-apa. Tidak ada yang berubah dengan sikapku, mungkin perasaan kamu saja". Ucap Alex kepadaku.

   "kamu bilang hanya perasaanku? Berarti aku selama ini terlalu berlebihan ke kamu? atau gimana? Tolong jelasin Alex, agar aku tahu apa isi perasaanmu. Apa mungkin aku yang terlalu berharap lebih padamu?" ujarku sambil menahan marah.

   "Entahlah, aku tidak tahu, coba pikir saja sendiri" ucap Alex yang begitu ketus padaku. Saat itu, aku tertegun sejenak dan tidak tertahan lagi. Air mataku jatuh. 

   "Aku tidak bisa terlalu lama disini, ada urusan penting, aku pulang duluan, ya" ucap Alex. Saat itu, Alex langsung pergi meninggalkanku sendirian di taman.

   Air mataku berlinangan di pipi. Hati yang kecil kini kembali terluka dengan perkataan Alex yang begitu ketus padaku. Entah apa salahku sampai-sampai dia tega melakukan hal itu. Dadaku terasa amat sesak bahkan air mata ini tidak henti-hentinya keluar. Apakah ini yang dinamakan sakit tapi tidak berdarah?.

       "Oh Tuhan, apa mungkin yang selama ini aku pikirkan itu benar? Apakah, Alex ada bermain hati di belakangku?" Tanyaku dalam hati. Saat itu juga, aku mengusap air mata dan kembali pulang kerumah. Selepas di jalan, tanpa sengaja aku melihat Alex membeli sebuah kembang gula. Aku ingat waktu itu, Alex pernah bilang kalau dia tidak menyukai kembang gula, tapi untuk siapa kembang gula yang dia beli itu. Karena penasaran, aku mengikuti Alex diam-diam dari belakang dan tiba-tiba

Duar!!!

 Hal yang baru saja aku lihat mengagetkanku seketika. Aku melihat Alex menemui wanita lain sembari mengasih kembang gula yang baru saja dia beli tadi.

  "Ini tidak mungkin! Dia pasti bukan Alex. Mana mungkin dia punya wanita selain aku?" Aku membantah dalam hati, mataku terbelalak.

Rasa tidak percaya memaksa aku menghampiri Alex. "ALEX!" seruku.

Alex terkejut. "Apa maksudnya ini?" tanyaku marah. "Apa urusan penting yang kamu sembunyikan?"

"Tenang dulu, aku akan menjelaskan semuanya," jawab Alex, mencoba menenangkan

"Jelasin? Haha, lucu sekali! Aku tidak butuh penjelasanmu lagi. Aku sudah tahu penyebab sikapmu berubah. Kamu bermain hati di belakangku!" Aku menatap sinis.

"Seharusnya kamu bilang kalau kamu tidak ingin bersama lagi, agar aku tidak berharap lebih. Ternyata kamu memilih dia!" Aku mendorong pelan dan berlari meninggalkan Alex.

Cuaca gelap memburuk, hujan turun begitu deras. Semesta seolah merasakan kesedihanku. Air mataku bercampur hujan, hati pun pecah menjadi serpihan.  

 "Padahal kamu telah berhasil membuatku membuka hati kembali. Aku yakin kamu adalah orang yang tepat untukku. Tapi nyatanya, saat aku menyerahkan hatiku sepenuhnya, kamu malah melukainya. Bahkan lukamu lebih dalam dari sebelumnya. Kamu, yang dulu aku sukai, kini menjadi orang yang aku benci. Aku salah lagi, ini ke sekian kalinya aku menaruh harapan pada lelaki yang salah", Monolog ku

   "Ternyata benar kata orang jangan berharap kepada manusia, karena manusia kapan saja bisa berubah" ucapku dalam hati. 

   Bagiku bukanlah hal yang mudah untuk kembali mempercayai orang baru. Aku sudah mencoba untuk membuka kembali hatiku dan menerima orang baru untuk mengisi kekosongan hati kecil ini. Tapi, apalah yang terjadi saat ini, laki-laki yang aku kira tidak sama seperti laki-laki yang di luaran sana, bahkan yang aku kira beneran tulus, namun itu semua hanyalah khayalanku. Mana ada zaman sekarang laki-laki yang tulus pada satu wanita saja.

   Saat itu, malam pun tiba dengan hembusan angin yang begitu silir. Aku sudah mencoba untuk membencimu namun aku tidak bisa melawan rasa benci itu dengan rasa yang sudah tumbuh di dalam hatiku. Lagi-lagi aku memikirkan mu sembari mengingat masa-masa di mana awal aku bertemu denganmu. Sesingkat ini kah perjalanan kisah kita? Aku selalu mencoba untuk memahami diriku sendiri. 

 "Apakah aku tidak cukup baik, sehingga selalu menjadi pilihan yang ditinggalkan karena adanya sosok baru yang terus-menerus datang silih berganti?" kini hati kecilku selalu bertanya-tanya seperti itu. Nyatanya kita benar-benar usai tanpa adanya memulai.

   Kini duniaku runtuh, di mana saat kabar burung hinggap dengan gemuruh tak teratur. Aku seperti kehilangan detak dalam dada yang selama ini penuh mengisi ruang perasaanku. Kini aku datang mengadu, memohon pada waktu agar berkenan mengembalikan mu dengan sikap yang dulu. Hujan di kelopak ku tidak jua membuatmu bergeming, aku dipaksa mundur oleh waktu dengan harap kau tengah mendengar ku.

  Bagiku dirimu bukan sosok manusia yang selalu ku ceritakan pada semesta, namun dirimu adalah legenda yang selalu ku kagumi sepanjang masa. Dan kini kamu masih tetap menjadi subjek utama yang selalu ku tulis dalam setiap ceritaku, yang selalu ku ceritakan pada setiap kisahku, yang selalu menjadi inspirasi dalam setiap perjalanan hidupku. 

  Kini aku sudah tahu bahwa setiap kenangan itu memiliki ceritanya sendiri. Jika beberapa lembar halaman hanya berisi coretan benang tak beraturan, kita bisa menulisnya kembali di lembaran berikutnya.

 Bagiku, cerita kita berdua ini adalah cerita yang buruk karena akan berlalu begitu saja. Kenangan indah yang kita ciptakan bersama akan tinggal kenangan. Kehidupan ini memiliki waktu yang terbatas. Bahagia dan kesedihan selalu bersamaan. Aku bahagia mengenalmu, tapi kini kesedihan menghampiri karena kehilanganmu. Kita harus terima kenyataan. Keberhasilan selalu diikuti kegagalan. Aku gagal memilikimu. Semua yang terjadi pasti berakhir. Langit yang cerah selalu disusul langit mendung. Cerita kita berakhir di sini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun