"Rafale memberi kekuatan hari ini, KFX menjanjikan kemandirian di masa depan, Indonesia ada di antara keduanya."
Pendahuluan
Industri pertahanan selalu menjadi topik menarik ketika berbicara tentang kemandirian bangsa. Di tengah dinamika geopolitik Indo-Pasifik yang kian panas, Indonesia tengah menata ulang kekuatan udaranya. Dua nama besar mencuat dalam wacana ini: Dassault Rafale asal Prancis yang sudah operasional di berbagai negara, dan KF-21 Boramae (KFX/IFX) hasil kerja sama Korea Selatan dan Indonesia yang masih dalam tahap pengembangan.
Keduanya mewakili dua pendekatan berbeda: membeli alutsista siap pakai atau berinvestasi dalam pengembangan bersama. Lalu, mana yang lebih strategis bagi Indonesia?
Rafale: Cepat, Modern, dan Teruji
Rafale dikenal sebagai jet tempur generasi 4.5 dengan kemampuan tempur multi-role. Indonesia resmi membeli 42 unit Rafale, dan sebagian sudah mulai dikirimkan sejak 2024. Versi terbaru, Rafale F4.1, bahkan sudah diuji dalam operasi Angkatan Udara Prancis dengan peningkatan sistem avionik, radar, dan integrasi senjata pintar.
Dari sisi kecepatan pemenuhan kebutuhan, Rafale jelas unggul. Indonesia tidak perlu menunggu lama untuk memperkuat postur pertahanan udara, karena pesawat ini sudah teruji dalam berbagai operasi militer dunia.
Namun, ada catatan penting: meski ada skema transfer teknologi, sifatnya terbatas. Artinya, Indonesia tetap akan bergantung pada Prancis dalam hal perawatan, logistik, dan pembaruan teknologi.
KFX/IFX: Investasi Jangka Panjang dan Kemandirian Teknologi