Mohon tunggu...
zaitun zahara
zaitun zahara Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa Pendidikan Islam Anak Usia Dini IAIN LANGSA

Zaitun Zahara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Mengaji Anak Aceh

29 Maret 2021   12:15 Diperbarui: 29 Maret 2021   12:51 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sampai pada adat istiadat pun masyarakat Aceh tidak menghilangkan keilsamannya, contoh nya seperti adat pesijuek, yg sebenarnya membaca kan jampi-jampi atau mantra-mantra jin. Akan tetapi pada adat masyarakat Aceh saat prosesi pesijuek membacakan selawat dan doa-doa keselamatan untuk yang dipesijuek.

Di Aceh para orang tua, guru, ulama, tengku imum dan sebagainya sangatlah di hormati dan di sanjung. Bukan lah harta dan juga jabatan yang membuat sesorang itu dihormati di lingkungan Aceh, melainkan Ilmu dan akhlak mulia nya lah yang membuat dia terhormat. Jumlah dayah diseluruh Aceh mencapai 2 ribu, namun yang terdaftar di dinas Pendidikan Dayah Aceh hanya 1.136 dayah. Kepala Sub Bagian Penyusun Program Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Sahridha mengatakan dayah-dayah yang terdaftar itu kemudian dibagi menjadi 5 tipe meliputi tipe A+, A, B, C dan non tipe. 

Dayah tipe A+ saat ini berjumlah 23 dayah, tipe A 94 dayah, tipe B 168 dayah, tipe C sebanyak 338 dayah, dan non tipe sebanyak 316 dayah. Beliau menjelaskan kalau tipe dayah berpengaruh pada jumlah anggaran yang diberikan kepada dayah, dimana dayah dengan tipe A DAN A+ maksimal mendapatkan bantuan dana sebesar RP. 3 miliar. Kemudian, dayah tipe B maksimal mendapatkan bantuan dana sebesar RP 2,5 miliar, tipe C 2 miliar, non tipe maksimal mendapatkan bantuan dana sebesar RP 1,5 miliar, dan balai pengajian maksimal mendapatkan dana sebesar RP 1 miliar.

"Bantuan anggaran tersebut diberikan untuk standar kurikulum, life skill santri, peningkatan tenaga pendidik, pemberdayaan ekonomi, dan sarana berdasarkan proposal yang diajukan dayah." Lalu bagaimana dengan para orang tua yang tidak mampu memasukkan anaknya ke dayah? Hal ini tidak perlu dikhawatirkan oleh para orang tua di Aceh. Karena jika mereka tidak mampu memasukkan anak mereka ke dayah mereka bisa memasukkan anak mereka di balai pengajian, TPQ, dan tempat pengajian di kampung yang di rumah-rumah guru ngaji. 

Untuk memperoleh ilmu agama di desa Aceh sangat lah ikhlas, para guru ngaji tidak meminta upah untuk ilmu yang diberikannya, melainkan santri hanya membayar uang listrik rumah ngajinya saja yang setiap anaknya dikutip  RP 2.500,- 3.000,- hingga RP 5000,-. 

Namun jika itu juga berat untuk anak, maka guru ngaji tidak meminta apapun dari muridnya, asalkan dia ada niat untuk mengaji pergi saja tidak perlu membayar apapun. Orang yg alim ilmu cenderung memberikan ilmunya dengan ke ikhlasan sepenuh hati, jiwa dan raganya. Sangat mudah bukan untuk memperoleh ilmu agama di Aceh? Tentulah sangat mudah sekali, akan tetapi masih saja ada anak kita yang enggan belajar ilmu agama. Apa sulitnya untuk datang dan mengikuti pembelajaran yang diberikan dengan Cuma Cuma itu? sungguh kebodohan yang hakiki bagi mereka yang tidak mau belajar ilmu agama.

Dengan ilmu agama lah kita kita berhasil, dengan ilmu agamalah kita melakukan hal yang benar, dengan ilmu agamalah kita merasa tenang, dengan ilmu agamalah hati dan pikuran kita sejuk, dengan ilmu agamalah kita memperoleh kebaikan, dengaan ilmu agamalah kita benar, dengan ilmu agamalah kita memperoleh cinta dari manusia, dan juga penciptanya manusia yaitu Allah Azza Wa Jalla. 

Tidak lain ilmu yang diberikan dengan ikhlas oleh para guru ngaji ialah hanya untuk memperoleh ridha dan pahala jariyah nya Alla SWT. Karena itulah anak ngaji sangat meghormati para guru-guru ngaji nya. Para guru ngaji pejuang agama Allah penerang didalam kegelapan, orang tua kedua kita, teman kita, pemecah masalah kita, pahlawan kita, akar dan ponadasi kita menuju jalannya Allah. 

Tentulah para orang tua yang melahirkan kita, orang tua membawa kita pada alam kehidupan dunia, guru membawa kita dari alam kehidupan kepada alam akhirat. Maksudnya adalah guru mempersipakan kita untuk ke alam akhirat dengan selamat. Guru merupakan orang tua kedua yang paling banyak berperan terhadap pendidikan anak. Para guru ngaji di desa provinsi Aceh mengajarkan anak ngaji diteras rumah mereka.Ya, teras-teras  rumah desa di Aceh yang dihuni para pelita-pelita kecil calon penerus bangsa.

Penulis: Zaitun Zahara, KPM DR- Berbasis Sosial Media 2021, IAIN LANGSA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun