Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sebab Terjadinya Perbudakan Pikiran

16 September 2022   16:45 Diperbarui: 17 September 2022   00:00 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Burden symbol 3d/shutterstock.

Perbudakan Pikiran dan Perasaan

Setiap perbuatan manusia selalu menimbulkan persepsi dan asumsi di pikiran orang lain. Persepsi tersebut ada yang positif dan negatif. Sebagian dari kita terkadang menanggapi persepsi tersebut dengan serius, ada pula yang biasa saja. Tanggapan negatif dari luar bisa menimbulkan bahan pikiran dan mengubah mood atau perasaan menjadi tidak baik.   

Siapa yang tidak terpengaruh dengan kalimat pedas dan terlalu terus terang? Tentu saja terpengaruh, namun tidak akan berlangsung lama bila kita mampu menguasai pikiran dan menjaga perasaan kita sendiri. Apakah ada trik khusus untuk memuluskan agar tidak terpengaruh? Ya tentunya ada. Tidak cukup hanya dengan acuh saja, tapi di perasaan tetap menggerogoti.

Saat individu tidak mampu mengendalikan pikiran akibat perasaan negatifnya dan gelisah maka telah terjadi perbudakan di dalam dirinya. Pikirannya dikendalikan kuat karena perasaan benci, marah, dendam, khawatir, rasa malu, putus asa hingga seluruh tubuh fisik menjadi mudah sakit dan sangat tidak nyaman. 

Melalui pikiran-pikiran tersebut akan tercipta tindakan yang bisa merusak dirinya dan orang lain, kita akan terus disetir oleh perasaan yang tidak nyaman tersebut menjadi semakin tidak karuan, tidak tenang di mana saja kita berada.

Perbudakan pikiran ini membuat manusia benar-benar berada pada level energi terbawah yaitu putus asa 20hz dan sangat bersusah payah untuk tetap semangat menjalani hidup kecuali dekat dengan orang yang memiliki semangat yang tinggi sebagai jalan motivasi hidupnya. 

Persoalannya, apakah ia masih mau memperjuangkan diri untuk berada pada level semangat tersebut?

Individu yang berada pada level putus asa ini dekat sekali dengan kematian, dalam arti ia pasrah dengan kondisi apapun dan hanya memikirkan kematian sebagai jalan terakhir baginya untuk terlepas dari "beban hidup".

Manusia yang memiliki  kesadaran diri pada level energi yang kuat (level power) akan mampu menghalau omongan negatif tanpa bersusah payah. 

Persepsi negatif (menghina atau merendahkan) berada pada level energi 175hz sedangkan menghalaunya dengan level energi tenang dan hening yaitu 540hz, minimal memakluminya, ada pada level energi 350hz. 

Ketika yang menerima komentar berada pada level yang lebih rendah dari pemberi komentar negatif tersebut, maka pikiran dan perasaan akan terganggu dan mulai bereaksi membenci, membalas, putus asa atau justru merasa tidak berharga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun