Mohon tunggu...
Zain Wirasena
Zain Wirasena Mohon Tunggu... Lainnya - Football Blogger

Pemuda Asal Tangerang Selatan, menuntut ilmu sepakbola dan futal dari dunia borderless dan dinamik. Berkreatif juga di laman Instagram @zainfootball mengkurasi tentang sepakbola Asia Tenggara. Pernah berkecimpung jadi Manajer, Pelatih, sampai Direktur Teknik beberapa masa lalu.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Hangatnya Sepakbola di Ruang Kelas Sekolah

13 Januari 2021   15:18 Diperbarui: 13 Januari 2021   15:42 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hangatnya Sepakbola di Ruang Kelas Sekolah

oleh Muhammad Zain Wirasena

“Ruang Kelas” menjadi hal yang setiap hari menjadi ruang yang mewajibkan siswa duduk dan mendengarkan ceramah dari paduka guru tercinta. Kursi kelas pun diduduki oleh orang dengan berbagai macam karakteristik dan pandangan moral berbeda-beda. Kelas selalu menjadi ruang yang bosan dengan repetisi ilmu yang diberikan di kegiatannya. Namun, dikala kelas menjadi ruang yang bosan selalu ada penghangat dan penyemarak yang selalu menghidupi atmosfer dan merubah raut wajah dari setiap anak laki-laki di kelas sekolah. Ya! Penghangat itu bernama SEPAKBOLA.

Sepakbola hadir di tengah-tengah pembahasan yang intensif mengenai mata pelajaran baik itu ilmu alam atau ilmu sosial. Sepakbola memberi bumbu gurih di ruang kelas yang menimbulkan raut wajah setiap siswa berubah menjadi ekspresif lewat perkumpulan yang hanya tidak lebih dari 15 menit. Selalu ada obrolan hangat tentang sepakbola yang hadir di ruang kelas, entah itu saat sebelum bel masuk berbunyi, jam istirahat, jam pulang, bahkan pada jam kosong sekalipun. Obrolan itu berupa skor pertandingan bola semalam, transfer pemain, strategi tim kesayangan, hingga komparasi antar pemain. Obrolan itu tidak hanya membuat setiap orang bahagia namun kadang malah menaikkan tensi emosi dari beberapa pihak, namun disitulah letak serunya karena setiap orang bisa berpendapat mengeluarkan pemikirannya walaupun terkadang juga tidak logis HAHAHAHA.

Raut wajah dan mood setiap siswa cowok sudah bisa ditebak ketika satu langkah memasuki pintu ruang kelas. Ketika tim kesayangan mereka menang di pertandingan semalam tentu pasti raut senyum pun terpancar dan terkadang berjingkrak kegirangan, sedangkan jika tim kesayangannya kalah pasti dah mukanya suram karena malu dan barang pasti akan dikata-katain temannya saat di ruang kelas. Peristiwa ceng-cengan akan hadir selama satu hari penuh dilontarkan siswa lain dan kadang mengganggu sedikit mood belajar, terkadang pula dosen/guru pun kalau tim kesayangan kalah moodnya pun menjadi tidak beres dan ambekan ngajarnya HAHAHAHA.

Bukan saja obrolan sepakbola yang menghangatkan suasana kelas. Namun, mereka para cowok juga mempraktekannya langsung di dalam kelas. Hal ini pun dapat terjadi ketika jam istirahat atau ada jam kosong yang ditinggalkan oleh guru berhalangan. Di arena yang hanya lebarnya 2,5 meter dan panjangnya 7 meter terjadi pertandingan seru dan menjadi tontonan dadakan seisi kelas. Dengan pintu kelas dan meja guru yang menjadi gawang terakhir pertandingan 3v3 atau 4v4 pun ajaibnya bisa tersaji dan bahkan mengundang gelak tawa setiap cowok dan cewek di ruang kelas. Yang lebih magis lagi bola yang mereka pakai hadir dari kreativitas, bukan hanya bola bundar asli maka terkadang mereka menggunakan bola tenis, bola plastik 8000 ribuan, botol bekas atau membuatnya dengan kertas. Penulis pun jadi ingat ketika pada kelas 12 bermain 3v3 pada jam kosong, ketika itu pertarungan ketat tersaji dan peristiwa tackle harus terjadi yang menewaskan celana pramuka penulis dengan bolongan “O” besar di bagian paha. Memalukan sekali setengah harian harus nutupin bolongan itu!

Sepakbola bukan juga tentang aktivitas fisik keras dan obrolan semata, namun hadir dalam aktivitas virtual. Menjadi hal yang lazim ketika ada yang membawa stik PS lalu para siswa langsung tancap gas mengerubunginya, PES menjadi game yang sering dimainkan di ruang kelas sekolah Indonesia karena mereka lebih menyukai PES yang lebih menawarkan beragam opsi dan mudah di kontrol dibandingkan FIFA.

Setiap jam istirahat dan pulang sekolah menjadi jam emas bagi para calon atlet e-sport ini memamerkan bakatnya, biasanya mereka membuat kompetisi kecil-kecilan untuk menguji siapa yang paling terbaik di kelas. Tidak hanya PES namun belakangan ini memanas juga yang dinamakan “Fantasy League” dimainkan dan menyemarakkan ruang kelas. Setiap siswa cowok berembuk dan duduk bersama siapa yang cocok untuk dipasang dan akan gacor di pertandingan berikutnya untuk menuai poin di Grup Liga Fantasi Kelas yang mereka buat.

Yang paling sering ditemui juga di kelas hadir pertaruhan tebak skor, tebak skor ini hadiahnya terkadang lucu karena bisa hanya memenangkan es teh kantin saja. Hadiah kecil itu pun menyemarakkan dan membuat ikatan antar siswa semakin rapat yang menghasilkan persatuan solidaritas di ruang kelas. Tak sering pula terjadi pertandingan sepakbola langsung yang disiarkan di siang hari, dan fenomena nonton bareng itu lah yang menjadi momen bersatunya para siswa menyalakan proyektor kelas untuk mendukung tim kesayangannya maupun tim nasional sambil mengeluarkan ekspresi kehangatan merangkul antar sesama.

Sepakbola juga menjadi ajang bermimpi setiap siswa di kelas, pekerjaan sepakbola pun menjadi impian karena menghasilkan nama besar serta gaji yang banyak melalui fenomena yang tercermin di Liga Inggris. Akhirnya di ruang kelas lah masing-masing siswa bertukar dan menceritakan mimpinya di ranah sepakbola, ada yang ingin menjadi pemain, manajer, bahkan pelatih internasional. Ada cerita unik di balik mimpi itu penulis dan teman penulis berinisial Z, kami berdua musuh ala-ala di sepakbola namun rekan di luar lapangan.

Penulis merupakan pendukung Persib sedangkan si Z pendukung Persija, ceng-cengan pun selalu hadir mewarnai obrolan kami di ruang kelas yang akhirnya pada suatu masa kami berdua melontarkan obrolan mengenai ekspektasi mimpi masing-masing di masa depan Z bercita-cita menjadi pemain Persija dan penulis bermimpi menjadi pemilik atau paling mentok manajer Persib. 7 Tahun kemudian di Tahun 2019 Z berhasil menjadi pemain Persija U-20 di Elite Pro academy dan Penulis baru memulai karirnya di Liga Yogyakarta sebagai Manajer. Dari obrolan ruang kelas yang berukuran luas 30m2 hadir asa dan mimpi memperjuangkan sesuatu yang mereka pernah bayangkan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun