Di antara hamparan sawah yang menghijau dan perbukitan yang menjulang, di perbatasan Kabupaten Serang dan Kota Cilegon, tersembunyi sebuah gunung yang menyimpan sejuta misteri: Gunung Pabeasan. Gunung ini bukan sekadar tumpukan tanah dan bebatuan; ia adalah penjaga rahasia, saksi bisu dari legenda kuno yang berbisik tentang naga dan pedaringan yang misterius.
Konon, di puncak gunung ini, bersemayam seekor naga perkasa, makhluk mitologi yang dipercaya melindungi pedaringan, sebuah gentong tanah liat raksasa yang menyimpan berkah bagi masyarakat sekitar. Kehadiran naga ini bukan sekadar dongeng pengantar tidur; ia adalah bagian dari kepercayaan yang diwariskan turun-temurun, sebuah simbol kesuburan dan kemakmuran bagi tanah Anyer yang subur.
Setiap malam bulan purnama, ketika langit dihiasi cahaya perak yang lembut, sang naga konon terbang melintasi angkasa, menuju sebuah kawah tersembunyi di kaki gunung. Kawah itu, yang kini dikenal sebagai Kawah Naga, adalah tempat sang naga membersihkan diri, membasuh sisik-sisiknya yang berkilauan di air panas alami yang mengalir dari perut bumi.
Kawah Naga, sebuah permata tersembunyi di tengah hamparan sawah Desa Sindangkarya, Anyer, bukanlah kawah biasa. Dengan diameter yang mungil, hanya sekitar 2-3 meter, ia memancarkan air panas yang mendidih dengan suara "bluk-bluk-bluk" yang khas. Namun, ajaibnya, airnya terasa hangat di kulit, seolah membelai lembut setiap inci tubuh yang merendamnya.
Di sekeliling kawah, batu-batu karang berwarna keemasan menjulang, menciptakan pemandangan yang eksotis dan memukau. Pohon-pohon rindang yang tumbuh di sekitarnya memberikan naungan alami, menciptakan suasana yang teduh dan menenangkan. Aroma belerang yang samar tercium di udara, menambah kesan mistis dan magis tempat ini.
Legenda tentang Kawah Naga bukan sekadar cerita rakyat biasa. Masyarakat setempat percaya bahwa kawah ini terhubung langsung dengan Gunung Krakatau melalui urat magma di perut bumi. Konon, saat Krakatau meletus dahsyat, sebagian kekuatannya tersimpan di dalam Kawah Naga, menjadikannya tempat yang sakral dan dihormati.
Selain legenda tentang naga, ada pula cerita tentang aliran Cikaraha, sebuah parit atau kukulung yang mengairi sawah-sawah di desa tersebut. Kaitan antara Kawah Naga dan aliran Cikaraha ini melahirkan nama alternatif bagi kawah ini: Kawah Cikaraha. Nama ini mengingatkan kita akan pentingnya air bagi kehidupan masyarakat yang bergantung pada pertanian.
Keindahan alam Gunung Pabeasan dan Kawah Naga tidak hanya terletak pada mitos dan legenda yang menyelimutinya. Dari puncak gunung, kita bisa menyaksikan hamparan sawah hijau yang luas, perbukitan yang menawan, dan laut yang membentang hingga cakrawala. Kawah Naga, dengan air panasnya yang menyegarkan dan pemandangan sawah 360 derajat yang eksotis, menjadi tempat yang sempurna untuk relaksasi dan menikmati keindahan alam.
Namun, di balik keindahannya, Gunung Pabeasan dan Kawah Naga menyimpan potensi wisata yang belum sepenuhnya tergali. Aksesibilitas yang masih terbatas, fasilitas pendukung yang minim, dan pengelolaan yang belum optimal menjadi tantangan yang perlu diatasi.