Ya, saat itu.
***
Dan kini, ketika aku sudah merasa semeleh dengan semua keadaan ini. Dia mengatakan ingin kembali lagi. Merajut indahnya pernikahan.
Berbulan-bulan ini aku sudah lelah. Jika aku berada dalam peperangan, aku sudah angkat bendera putih. Menyerah. Menyerahkan keadaanku kepada Sang Maha Cinta.
Berkali-kali dia menghubungiku. Pesan-pesan indah. Kata-kata yang manis. Ku biarkan saja.
Jika tidak karena ucapannya yang ingin kembali menjadi duda dan mundur dari pernikahan ini, mudah untukku menerima kembali. Tetapi..
Aku tak ingin sebuah hubungan pernikahan diwarnai dengan kata-kata itu. Apalagi diucapkan dari mulut seorang suami. Tidak.
Ayahku tak pernah memperlakukan ibuku seperti itu. Ayahku bahkan setia kepada ibuku. Bahkan ketika ibu sudah tiada. Tak pernah ingin menikah lagi.
Bahkan ayahku menuliskan kisah yang dipersembahkan untuk ibuku. Kisah yang jika ku baca maka aku tahu betapa besar cinta ayah kepada ibuku.
Sementara dia yang hanya mengambilku dari ibu dan ayahku dengan mudahnya mempermainkan perasaanku. Tidak. Hatiku tidak untuk diperlakukan seperti itu.
Harapan keabadian dari pernikahanku agar seperti ayahku kepada ibu seperti sudah sirna. Tak ada kisah cinta abadi yang bisa ku tuliskan. Kisah itu akan berakhir.