Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Santri Namaku

22 Oktober 2021   11:01 Diperbarui: 22 Oktober 2021   11:03 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Santri. Itulah nama pemberian bapak kepadaku. Saat aku masih ada dalam kandungan ibu, bapak bercita-cita aku kelak akan menjadi seorang anak yang  seperti santri. Syukur-syukur bisa nyantri di pondok.

"Yo jenenge we wong tuwa, le. Bapak ndedonga moga-moga kowe ki isa dadi santri tenan..".

Itulah jawaban bapak ketika ku tanyakan mengapa aku diberi nama santri. Karena teman-teman dan guruku bertanya mengapa aku diberi nama Santri.

"Santri kui nyinau ilmu agama.. Tur jare simbah-simbah ya sisan nyinau ilmu umum.. Kaya neng sekolah-sekolah umum kuwi, le..".

Baik lah.. Kelebihan mondok memang begitu. Anak tetanggaku sudah ada yang belajar di pondok. Mas Soleh. Sekarang setingkat SMA belajar di pondoknya.

Mungkin bapak memberi nama Santri kepadaku karena melihat mas Soleh yang memang pintar membaca Al Quran dan mata pelajaran umum-pun juga pintar. Aku pernah berjumpa dengannya. Orangnya ramah dan mau mengajari anak-anak kecil seusiaku. 

***

Tepat di hari Santri ini, bapak dan simbok mencari informasi ke pondok terdekat untukku. Pondok setingkat SMP. 

Memang ketika aku melihat mas Soleh, aku juga tertarik masuk pondok. Tapi aku pengen  mondok yang letaknya tidak di luar provinsi. Bapak dan ibu juga. 

"San, simbok karo bapak wis ndaftarke kowe.. Ning ya suk tetep nganggo tes masuk.. Kowe kudu tetep sinau sing apik..", kata bapak setelah pulang dari pondok.

Oh iya, pondok itu letaknya di luar kecamatan di mana kami tinggal. Tapi tidak terlalu jauh sih.. Cuma tiga puluh menit saja untuk sampai di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun