Warisan kadang menjadi momok ketika orangtua meninggal. Banyak ahli waris-anak- yang akhirnya jadi bermusuhan karena urusan  warisan itu.
"Bapak mengumpulkan kalian berempat karena bapak sudah tua. Ibu kalian sudah meninggal..".
Kalimat pembuka itu membuat mata kami berempat, anak-anak ibu dan bapak berkaca-kaca. Ya, ibu baru beberapa hari meninggal.
"Bapak dan ibu kalian selama bekerja berusaha menyisihkan uang untuk membeli beberapa tanah. Tidak mudah karena juga harus membiayai sekolah kalian..".
Hatiku merasa sesak. Memang begitu keadaan bapak dan ibu. Dalam keadaan terbatas, bapak ibu mempunyai beberapa bidang tanah. Tak luas, tapi juga tak sempit.
"Bapak tidak ingin nanti kalau bapak juga sudah meninggal, kalian akan berebut waris.. Makanya bapak mengumpulkan kalian berempat, anak-anak perempuan bapak dan ibu untuk mengetahui calon tanah warisan untuk kalian..".
Sejenak bapak berhenti berkata-kata. Ku lihat bapak mengusap air matanya. Kami juga berkaca-kaca mendengar ucapan bapak.
"Bapak masih hidup, makanya statusnya masih calon warisan untuk kalian.. Mungkin tidak adil pembagiannya, tapi bapak berharap kalian tidak mempermasalahkan. Kalian juga harus tetap saling membantu nantinya..".
***
Akhirnya kami berempat tahu pembagian warisan untuk kami nantinya. Dan sungguh, dalam hati kami tidak begitu penting bagi kami. Haapan kami dengan peninggalan dari bapak dan ibi nantinya akan dapat mengirimkan doa dan sedekah atas nama mereka.
Alhamdulillah bapak masih sugeng, masih sehat sampai sekarang. Setelah satu tahun lebih ibu meninggal. Meski kadang masuk angin, tapi itu wajar.