"Bolehkah aku meminta satu hal, Vira?" tanyaku kepada Vira.
"A-apa?" Vira menjawab ragu-ragu.
"Tolong, jangan lupakan aku, dan bisakah kau menungguku sampai harinya tiba?"
Vira mengangguk pelan kepadaku, wajahnya makin memerah. Vira melepaskan tangannya dariku. Vira mengacungkan jari kelingkingnya kepadaku, memberi sebuah isyarat, sontak berkata.
"Janji?"
Aku pun membalas dengan menggenggam jari kelingkingnya.
"Janji."
"Hei, apa yang kalian lakukan? Cepat masuk kedalam bus!" sopir bus berteriak menyela percakapan kami sambil membunyikan klaksonnya. Setelah itu kami berdua tertawa bersama.
***
Ya, kenangan yang indah ada di halte ini, kenangan yang mungkin tidak akan bisa diulang lagi. Aku rasa aku merindukannya. Hujan semakin deras, airnya menggemercik ke dedaunan dan juga jalanan.
Dari samping trotoar, aku melihat sesosok perempuan, ia menggunakan payung. Sesosok perempuan itu pun berjalan mendekati halte. Aku melihat wajahnya, wajah yang sangat amat aku kenal, tatapan dinginnya bagaikan "Ratu Es". Sontak aku berseru kepada perempuan tersebut.
"Vira?"
TAMAT