Mohon tunggu...
Ceramah Gus Baha
Ceramah Gus Baha Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Bismillah. Alhamdulillah. Kemanapun aku terjatuh aku terjatuh pada rahmatMu yaa Allah, Kemanapun aku meraih aku meraih pada rahmatMu yaa Allah

Allahumma sholi ala sayyidina Muhammad wa a'la aali sayyidina Muhammad

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gus Baha: Tidur Juga Termasuk Taat karena Tidak Maksiat

19 September 2021   15:41 Diperbarui: 19 September 2021   15:45 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bismillahirrahmanirrahim

Gus Baha : Tidur itu Termasuk Taat karena Meninggalkan Maksiat

Ketaatan itu tidak melulu soal pelaksanaan ibadah yang ditentukan. Tapi taat juga termasuk di dalamnya meninggalkan maksiat. Bagaimana bentuk taat dengan meninggalkan maksiat?. Pakar Tafsir Alquran, KH. Ahmad Baha'uddin Nursalim (Gus Baha) menjawabnya sebagai berikut,

Taat terbagi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah melaksanakan perintah yang ditentukan dalam bentuk ibadah. Yang kedua dengan meninggalkan maksiat atau larangan Allah. Meninggalkan maksiat salah satunya diwujudkan dalam bentuk senang melakukan hal yang mubah atau boleh. Seperti senang ngopi atau menonton tv.

Maka hanya dengan melakukan hal yang sederhana hendaknya kita merasa gembira. Jika ngopi, lakukan dengan rasa senang hati. Dengan begitu membuktikan bahwa dengan taat kita bisa bahagia.

Meninggalkan maksiat juga bisa dalam bentuk berdiam diri di kamar dan istirahat tidur. Dalam keadaan tidur orang tidak dapat melakukan maksiat lahir dan maksiat batin. Sebab dalam keadaan tidur orang tidak bisa melakukan perbuatan dosa secara lahir seperti mencuri, menggibah atau menganiaya. Saat tidur pula orang tidak bisa membersitkan di hati rasa hasud, sombong, ujub atau riya. Sebab dalam keadaan tidur hati seseorang beristirahat.

Dalam kitab kitab tasawuf terdapat kisah tentang Nabi Isa As. Saat Nabi Isa berjalan jalan, beliau melihat ada orang yang itikaf di mesjid. Sebagian besar mereka melakukan ketaatan dalam peribadatan. Namun tidak semuanya melakukannya sebab ada sebagian diantara mereka yang tidur di kamar tidur. lalu Nabi Isa bertanya kepada orang yang tidur, mengapa tidak ikut ibadah. Lalu dijawab olehnya bahwa aku adalah orang yang paling rajin ibadah dibandingkan orang orang itu. Nabi Isa bertanya lagi, lantas mengapa kamu saat ini ada di sini. Dia menjawab, aku sedang melawan nafsuku akan cinta dunia. Nafsuku yang senang pada maksiat dan cinta akan dunia. Aku melawannya dengan berdiam diri di kamar. Karena aku lama menunggu, lalu aku tertidur. Atas percakapan tersebut, Nabi Isa lalu diberitahu oleh Allah bahwa orang yang tidur tadi adalah seorang Wali Abdal. Sebab dia melawan cinta dunia dengan tidur.

Bagaimanapun salah satu ciri taat adalah meninggalkan maksiat. Orang yang berada di dalam kamar ruang geraknya terbatas. Maka maksiatnya terbatas. Hanya sedikit maksiat yang bisa dilakukan di kamar. Itu keadaan yang lebih baik daripada kelayapan kesana kemari yang membuat terjerumus pada dosa dan maksiat.

Namun dalam hal ini berdiam diri dalam konteks modern saat ini itu juga bisa menjadi maksiat. Yaitu berdiam diri meninggalkan ikhtiar mencari nafkah untuk keluarga. Jika meninggalkan keluar dari rumah untuk ikhtiar mencari rezeki sehingga mengakibatkan anak istri kelaparan, maka itu merupakan bagian dari maksiat.  

Agama itu mudah. Begitu pula taat itu sesungguhnya mudah. Taat tidak selalu tentang harus tahajud dan itikaf di mesjid. Dengan berdiam diri di rumah kita bisa melakukan taat. Bagi yang suka melihat TV bisa dengan melihat TV. Meniatkan agar tidak menggunjing dan tidak hasud kepada tetangga. Bagi kaum lelaki juga itu lebih baik daripada duduk nongkrong di perempatan jalan dan menggoda perempuan yang lewat.

Berdiam diri di rumah sambil melihat tikus bolak balik itu masih lebih baik daripada melihat perempuan bukan muhrim. Maka niatkan bersyukur dalam hati, Alhamdulillah ya Allah aku hanya melihat tikus, tidak melihat perempuan bukan muhrim.

Menurut Ibnu Hajar Al Asqolani, taat itu terbagi dua yang pertama menjalankan taat, yang kedua meninggalkan maksiat. Ketika seseorang sudah melaksanakan sholat fardhu kemudian meninggalkan maksiat, itu sudah bisa disebut taat. Sekalipun hanya di kamar saja, melihat tikus tikus lewat berkeliaran atau berburu nyamuk. Janganlah melihat orang tersebut sebagai orang yang bermalas malasan. Sebab sesungguhnya orang tersebut sedang meninggalkan maksiat.

Agama itu mudah, kita beristighfar 100 kali belum tentu sempat, tahajud 100 rakaat juga belum tentu sah. Maka jika kamu tidak terbangun untuk tahajud, niatkan tidurmu untuk meninggalkan maksiat.

Mahsyur dalam ilmu tasawuf dikatakan bahwa tahajud itu baik, tetapi tidur juga baik. Merujuk kitab karangan Habib Zayn Bin Smith yang berjudul Alfawaid Al Mukhtaroh. Yang mana kitab ini dikumpulkan (dibukukan) Habib Hasan muridnya. Dalam kitab itu dikisahkan Abu Yazid Al Bustomi melakukan tahajud. Dahulu beliau pernah menjadi wali junior. Sebegitu senangnya dengan tahajud beliau lalu memprotes. Beliau mengatakan Ya Allah betapa indahnya tahajud, namun jarang orang melakukannya. Orang yang terlelap tidur meninggalkan tahajud, pasti akan menyesal. Mengapa mereka tidak berebut rahmatnya Allah dengan melakukan tahajud.

Kemudian Abu Yazid Al Bustomi mendengar suara tanpa rupa (Eksistensi Allah) yang berkata : Wahai Abu Yazid mereka yang tidur itu juga tidak kalah mendapat ganjaran seperti engkau. Engkau tahajud karena ibadah. Mereka yang tidur juga aku beri pahala. Abu Yazid bertanya, apa alasannya ya Allah?. Karena kamu beribadah kepadaku sebab takut kepadaku. Kamu tahajud karena takut akan siksaku. Mereka yang tidur juga aku beri pahala sebab begitu cintanya kepada-Ku dan merasa aman dari siksa-Ku. Karena aku dzat yang Maha Baik maka meskipun mereka tidur, aku juga senang.

Biar bagaimanapun Allah memiliki sifat Ar Rohman. Tanda tanda kekuasaan Allah salah satunya adalah tidur. Habib Zayn selaku orang yang alim alamah, merasa senang jika umat Nabi Muhammad Saw melakukan tahajud. Tapi umat Nabi adalah umat yang dikasihi. Dengan tidurnya saja memiliki sisi sisi positif. Karena begitu senangnya menikmati rahmat Allah dalam hal ini tidur.

Layaknya seorang Bapak yang senang melihat anaknya belajar. Juga senang melihat anaknya tertidur pulas. Senang melihat anaknya tirakat. Juga senang Melihat anaknya makan dengan lahap. Ciri orang yang senang pada yang lain itu ketika yang disayangi melakukan apapun, dia tetap senang. Ketika anak yang disayangi menikmati yang baik juga senang.

Yang membuat tidak senang itu ketika melihat anaknya maksiat. Seperti halnya seorang anak memecahkan piring. Itu merusak tatanan, disebut juga maksiat. Maka Allah, berdasarkan perkataan Nabi Muhammad, Tidak ada dzat yang cemburu melebihi Allah. Itulah mengapa Allah mengharamkan maksiat. Allah akan senang terhadap hamba-Nya asalkan tidak melakukan maksiat. Maka jika kita berat melaksanakan ibadah sunnah, asalkan kita melaksanakan yang wajib dan tidak melakukan maksiat, maka itu termasuk taat. Sebab agama itu mudah tidak menyulitkan.

Dicatat dari ceramah KH. Ahmad Baha'uddin Nursalim (Gus Baha) Hafizahullah pada kanal Youtube ' Santri Gayeng' yang berjudul " Nikmatilah Kopimu".

Semoga Guru-Guru kita dirahmati dan diberi perlindungan Allah. Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun