Data penderita kanker tiap tahunnya terus mengalami lonjakan, kanker payudara adalah poinnya. Jenis kanker yang diderita oleh wanita ini harusnya menjadi waspada utama untuk mencegah maupun mengobati. Sosialisasi untuk meningkatkan kewaspadaan akan bahaya kanker payudara sudah ramai digencarkan dimana-mana(Setyarini & Rahaningtyas, n.d.), namun bagaimana jika kasusnya adalah penderita yang lebih takut berobat daripada kanker itu sendiri? Pengobatan yang harusnya wajib untuk dijalanisetidaknya agar memperlambat penyebaran sel kanker, justru dihindari karena beberapa alasan.Â
Kemoterapi merupakan sebutan umum pengobatan kanker, pengobatan ini mengedepankan tujuan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker yang berbuah pada peningkatan kualitas hidup penderita(Priyadarshini, 2021). Kemoterapi mempunyai mekanisme panjang yang harus dilakukan agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan, salah satu cara untuk mempercepat proses sekaligus efisisiensi mekanisme yang panjang adalah dengan menggunakan metode pengobatan radioterapi. Tawaran metode radioterapi yang sebenarnya bisa mempercepat proses pengobatan ini justru banyak ditolak oleh penderita. Radioterapi merupakan metode pengobatan menggunakan sumber radiasi berbentuk sinar yang langsung mengarah dimana tempat sel kanker itu berada(Vaidya, 2021).
Radioterapi kerap dihindari karena menggunakan radiasi yang umumnya terkenal berbahaya dan sel dalam tubuh sangat sensitif terhadapnya. Tanpa mengesampingkan efek samping tersebut mekanisme pengobatan radioterapi pada zaman modern ini sudah dinilai sangat aman dan efektif untuk membantu proses kemoterapi dalam mencegah penyebaran sel kanker. Semua pemeriksaan yang menggunakan sumber radiasi pasti mempunyai prosedur proteksi yang sudah teruji keamanannya oleh BAPETEN(Farzanegan et al., 2020).Â
Pada pemeriksaan radioterapi pada area kepala, leher atau dada termasuk payudara ini memerlukan perlindungan yang ekstra karena area tersebut dekat dengan kelenjar tiroid yang sangat sensitif terhadap radiasi. Oleh karena itu dibutuhkan perlindungan pasien meliputi kelengkapan apron PB tiroid untuk melindungi area leher dan untuk mencegah iritasi pada kulit juga digunakan lotion khusus apabila kulit pasien sensitif. Pada kasus ini bukan berarti radiasi tidak memberikan efek samping negatif namun berkiblat pada prinsip proteksi radiasi yang dapat membuat dosis se minimal mungkin dengan manfaat se maksimal mungkin maka pasti kebermanfaatan untuk membantu proses penyembuhan ini sangat diutamakan.Â
Sebelum berjalannya suatu siklus radioterapi, terdapat mekanisme-mekanisme proteksi radiasi yang akan diterapkan pada pasien untuk menekan risiko kesehatan akibat terpapar radiasi(James et al., 2021), yaitu antara lain:Â
1. Menarik napas dalam-dalam selama proses penyinaran pada tindakan radioterapi intensitas modulasi (IMRT) untuk kanker payudara dapat membantu menekan risiko komplikasi pada jantung, mengingat letak organ jantung yang berdekatan dengan area payudara.Â
2. Menjaga posisi atau diusahakan untuk tidak bergerak sama sekali saat penyinaran berlangsung.Â
3. Merawat dan memastikan kesehatan kulit pasca dilakukannya proses penyinaranÂ
4. Melakukan tes kesehatan rutin pasca dilakukannya satu siklus radioterapi untuk memastikan bahwa efek samping radiasi(James et al., 2021).Â
Prosedur-prosedur diatas sudah pasti akan diedukasikan terlebih dahulu kepada para pasien radioterapi agar sebelum melakukan proses penyinaran, pasien sudah teredukasi mengenai bagaimana proses penyinaran, pasca p hingga efek samping yang kemungkinan akan diterima oleh pasien. Apabila penyampaian dari pihak tenaga kesehatan sangat jelas dan dapat dipahami oleh pasien maka dapat menigkatkan keyakinan pasien mengenai proteksi radiasi yang diterapkan selama proses radioterapi. Â
Pada dasarnya pasien hanya perlu mengetahui secara jelas bagaimana proses pengobatan radioterapi itu bekerja untuk efisiensi kemoterapi dan bagaimana mekanisme proteksi radiasi yang diterapkan agar yakin untuk menjalani pengobatan tersebut. Dari penjelasan mekanisme proteksi radiasi diatas harusnya tidak pelu ada lagi penderita kanker, terutama kanker payudara yang ragu untuk melakukan pengobatan radioterapi karena takut akan radiasinya. Pada proses penyinaran dosis total dibagi menjadi beberapa sesi kecil (fraksi), misalnya 1,8--2 Gy per sesi, untuk memberikan waktu bagi jaringan sehat pulih. Hal tersebut membuktikan bahwa dosis radiasi juga ditekan se minimal mungkin untuk keamanan jaringan sekitarnya tetapi juga masih mampu untuk melemahkan sel kanker yang berada di payudara tersebut.Â