Mohon tunggu...
Zahlianur
Zahlianur Mohon Tunggu... Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa digunakan untuk mengubah dunia

MAHASISWA IAIN LANGSA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peucicap

26 Juli 2021   14:16 Diperbarui: 26 Juli 2021   15:51 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tradisi peucicap merupakan adat bagi masyarakat Aceh Peucicap merupakan satu Sunnah Nabi saat bayi baru lahir. Tradisi Orang Aceh ini serupa dengan Tahnik (sering disebut juga sebagai Mentahnik) yang tertulis di dalam Kitab Suci Al Quran. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar bayi terlatih dengan makanan Peucicap atau pengenalan rasa kepada bayi baru lahir, yang dilakukan oleh orang tua dengan dicicipkan berbagai macam rasa kepada si bayi. Proses peucicap setelah umur bayi tujuh hari dilakukan oleh ibu mertu dengan membawa seperti ayunan, bedong, kain gendong dan lain-lain. Disertai dengan mencukur rambut dan Peusijuk.

Prosesi Peucicap biasanya disatukan dan dilakukan seusai Upacara Peutron Aneuk (turun tanah). Namun ada juga yang tidak disatukan, alias baru beberapa bulan usia bayi baru kemudian dilaksanakan. Biasanya dipilih bulan-bulan ganjil saja. Misalnya, setelah bulan ketiga, kelima atau bulan ketujuh usia anak, barulah diadakan Upacara Peutron Tanoh (Peutron Aneuk)

Saat bayi baru lahir memang harus di Peucicap. Karna Peucicap merupakan adat Aceh yang dilakukan berdasarkan nilai-nilai Islam karena adanya iringan do'a dan permohonan. Tradisi peucicap dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan agama yang tinggi, misalnya di Gampong itu disebut Teungku. 

Karna jika tradisi peucicap itu dilakukan oleh seorang Teungku (seorang yang ta'at kepada Allah) orang Aceh percaya kelak nanti jika bayi itu dewasa, maka akan meniru perilaku alim dan berakhlak mulia dari seorang Teungku tersebut. Adapun tradisi peucicap itu dilakukan menurut jenis kelamin si bayi. Jika jenis kelamin si bayi laki-laki maka yang peucicap adalah Teungku Agam. Dan sebaliknya pula jika jenis kelamin si bayi perempuan yang peucicap itu adalah Teungku Inong.

Pada saat proses peucicap itu dimulai, Teungku Gampong itu membuka dengan membaca bismillahirrahmanirrahim dan do'a-do'a lain sambil mengolesi lidah bayi dengan rasa madu dan rasa air perasan dari buah-buahan yang manis. Setelah itu proses penutupan peucicap biasanya diperlihatkan kepada si bayi surat Yasin dan senjata tradisional Aceh, yaitu rencong.

Ditengah perkembangan zaman tradisi ini masih dipertahankan agar tidak tergerus oleh modernisasi zaman. Hingga hari ini tradisi peucicap ini masih tetap dilestarikan. Melalui media social yang tersedia pada zaman ini diharapkan generasi milenial dapat memperkenalkan tradisi ini pada dunia. Tradisi ini tidak ada didaerah lain, karna tradisi peucicap ini lahir dari bumi serambi Mekkah Aceh.

Bagi ibu yang baru melahirkan akan mengalami masa pantang atau madeung selama usia bayi menginjak 44 hari. Saat masa pantang si ibu tidak boleh keluar rumah, jalan cepat-cepat, dan dilakukan toet Batee (bakar batu). Setelah dibakar batu dilapisi kain lalu ditaruh diatas perut ibu. Meskipun masih banyak masyarakat yang melakukan tradisi peucicap namun sudah banyak yang berubah seiring berjalannya waktu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun