Mohon tunggu...
Zahara Sitio
Zahara Sitio Mohon Tunggu... Jurnalis - Penikmat Kopi

"Chance Never Comes Twice"

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Legius Paliling, Figur Teknokrat di Pilkada Tana Toraja 2020

10 Agustus 2019   03:20 Diperbarui: 10 Agustus 2019   15:51 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ir. Legius Paliling, M. Eng. dokpri

TATOR -- Kabupaten Tana Toraja (Tator) menjadi satu dari empat daerah di Sulawesi Selatan (Sulsel) yang akan menggelar Pilkada 2020. Selain Tator, ada Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu Timur serta Kabupaten Toraja Utara.

Meski tahapan belum dimulai, sejumlah nama sudah mulai terlihat menghangatkan bursa calon bupati dan calon wakil bupati tahun depan. Wajah baru dan wajah lama diperkirakan akan menghiasi bursa pencalonan Bupati Tana Toraja yang akan diselenggarakan pada 23  September 2020. Siapapun orangnya, yang mau dan berkemampuan, kita pantas memberi dukungan dan apresiasi bahwa mereka adalah putra-putra terbaik Kabupaten Tana Toraja.

Salah satu wajah baru yang mencuat namanya adalah Ir. Legius Paliling, M. Eng, seorang teknokrat. Kabarnya, Legius akan dipasangkan dengan Markus Aruan, SE yang juga seorang pengusaha sukses kelahiran Tana Toraja.

Nama Legius belakangan ini jadi bahan perbincangan di tengah masyarakat dan kalangan elit politik di Kabupaten Tana Toraja, termasuk di media sosial. Yuk, kita lihat sekilas profil Legius Paliling, figur cerdas, berintegrasi dan merakyat.

Legius menyelesaikan sekolah menengah atas (SMA) dari SMA Katolik Makale pada 1979. Dari teman-temannya disampaikan bahwa sewaktu di SMA, ia dikenal sebagai siswa cerdas.

Setelah itu, ia meneruskan kuliah di jurusan teknik mesin di Universitas Hasanuddin (UNHAS).

Pada tahun terakhir kuliah di UNHAS, ia terpilih sebagai penerima beasiswa ikatan dinas dari BPPT, sehingga lulus S-1 tersebut, Legius langsung ke Jakarta berkarya sebagai PNS atau Aparat Sipil Negara di BPPT yang dipimpin langsung oleh Prof DR.Ing. BJ. Habibie, M.Eng. ketika itu sebagai Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Beberapa tahun kemudian, sebagai ASN ia diminta ke Jepang melanjutkan kuliah melalui proses yang panjang karena terlebih dahulu harus mengikuti kursus Bahasa Jepang selama 6 (enam) bulan di Tokyo (Takushoku University), lalu melakukan riset 1 (satu) tahun di Universitas Hiroshima sebelum masuk program S-2 di Universitas Oita, Jepang Selatan. Dan lulus tepat waktu pada tahun 1996 dengan gelar Master of Engineering (M. Eng).

Prinsip saya adalah "Ganbare", kata kunci orang-orang Jepang untuk semangat berjuang yang artinya "bertarung dan berkompetisi sekuat tenaga sampai titik darah penghabisan dan tetap jujur, fair dan berani kalah atau menang". Saya tidak berhenti saat saya jatuh atau gagal, tetapi saya berhenti setelah selesai. 

Dari Oita Jepang, Legius kembali ke Indonesia dan melanjutkan kariernya sebagai peneliti di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebuah lembaga pemerintah non departemen Indonesia yang berada di bawah koordinasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi.

Legius ternyata tidak sendiri sebagai orang Toraja di BPPT, tetapi juga bersama dengan rekan-rekannya seperti DR. Ophirtus Sumule, Ir.Ronny Tulak, MM, Ir. Ardi Matutu Pongtuluran, Ir. Murbantan Tandirerung, Ir. Semuel Pati Senda, M.Sc.

Mereka mengikuti jejak senior mereka yang telah lebih dulu bekerja di BPPT yaitu Ir. Marthen Timang, Ir.Yulianus Pabutungan dan Ir. Petrus Paranoan.

Legius masuk BPPT melalui jalur beasiswa ikatan dinas, sementara teman-temannya melalui test yang ketat berkompetisi dengan lulusan perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta ternama di Indonesia antara lain ITB, UGM, UI, Trisakti, ITS,  untuk direkrut sebagai peneliti-peneliti handal di BPPT.

Selama bekerja di BPPT, Legius pernah diperbantukan ke PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang mengalami restrukturisasi nama sekarang menjadi PT Dirgantara Indonesia (DI).

Selain itu juga terlibat dalam Program Unggulan Kemitraan BPPT bekerjasama dengan Perusahaan Daerah Jawa Barat, maupun kegiatan-kegiatan teknologi tepat guna melalui program Ilmu Pengetahuan Teknologi Daerah (IPTEKDA) dari BPPT untuk diterapkan sebagai teknologi tepat guna bagi masyarakat.

Di PT DI, ia ditugaskan menangani manufacturing pesawat CN-235; untuk kemudian bergabung pada Tim Sertifikasi Pesawat CN-235 bekerjasama dengan Direktorat Kelaikan Udara, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.

Tim Sertifikasi inilah yang melakukan kajian dan pengawasan untuk memastikan terlaksananya berbagai uji struktur dan uji terbang (test flight) sebagai syarat pengajuan sertifikat laik terbang CN-235 kepada Federation Aviation Amerika (FAA) di Amerika Serikat. Sebuah pesawat hanya dapat dipasarkan apabila industri pesawat tersebut memperoleh sertifikat dari FAA. Demikian menurut Legius.

Legius yang sangat fasih berbahasa Jepang itu, terlibat dalam banyak kegiatan engineering di tanah air sebagai perencana dan perekayasa, tidak segan langsung turun ke lapangan untuk memastikan kajian-kajian yang ia lakukan.

Sekitar 11 tahun lalu, Legius mengundurkan diri sebagai ASN BPPT dan bekerja di sebuah perusahaan multi nasional di bidang Engineering Procurement & Contractor (EPC), dengan tugas utama sebagai mechanical engineer sekaligus penterjemah bahasa jepang apabila berhadapan dengan vendor-vendor dari Jepang.

Sehari-harinya melakukan design dan perhitungan pada pembangunan tabung bertekanan dan bertemperatur tinggi (Pressure Vessel) maupun storage tank yang banyak dipasang di industri-industri kilang minyak, industri pupuk dan petrochemical.

Terakhir, ia juga terlibat pada project MRT-Jakarta (Mass Trapid Trans) tahap pertama yang sudah mulai dinikmati masyarakat sejak Maret 2019 (elevated dari Lebak Bulus ke Senayan dan underground dari Senayan ke Bunderan HI).

Ia juga pernah ikut menjadi tim relawan Gubernur Sulses terpilih periode 2018-2023 Nurdin Abdullah. 

Menurut Erwin Mappadang, sahabat Legius yang tinggal di Makale, Legius itu seorang teknokrat profesional yang dikagumi banyak orang karena keilmuan yang dimilikinya.

Akhir tahun 2017 dalam sela-sela kesibukannya itu, tidak menghindarkan dirinya dari suasana hiruk-pikuk perpolitikan yang ada negeri ini, sehingga terjerumuslah dia pada Tim Relawan Pemenangan Gubernur Sulawesi Selatan dengan nama "Relawan Londong Sella'  pada Gubernur Sulsel terpilih Prof. Dr. Ir. M. Nurdin Abdullah, M.Eng.

Sebagai sahabat, dalam bersosial, Legius tidak membentengi dirinya atau membuat sekat-sekat pemisah dengan orang di sekitarnya. Itu terlihat dari cara dia menyapa siapa saja yang disertai hati yang tulus.

Meski beliau berkutat dengan ilmu eksak/teknik dan berkarir di dunia teknik dengan prestasi yang patut diacungi jempol, ia tetap manusia Toraja, bersahaja dan bergaul dengan siapa saja. Jika berkunjung ke kampong halaman ia sama dan biasa duduk santai dengan keluarga dan warga di kampong. Menurut dia, ilmu yang kita miliki adalah anugerah TUHAN yang tidak boleh membuat kita sombong.

Mengenal karakter Legius berarti mengenal pria yang berintegrasi, berani dan beramanah serta mempunyai motto "Ganbare", kata kunci orang-orang Jepang untuk semangat berjuang. Ganbare atau Ganbatte artinya "bertarung dan berkompetisi sekuat tenaga sampai titik darah penghabisan dan tetap jujur, fair dan berani kalah atau menang". Kata dia, saya tidak berhenti saat saya jatuh atau gagal, tetapi saya berhenti setelah selesai. GANBARE..! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun