Mohon tunggu...
Zafira Hadhiyanti
Zafira Hadhiyanti Mohon Tunggu... Administrasi - Stay curious

Work on the things that you can control, because at the end that's the only thing that you can change

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Alasan Kenapa Kita Suka Menunda atau Prokrastinasi dan Bagaimana Cara Mengatasinya

21 Maret 2021   15:54 Diperbarui: 21 Maret 2021   15:58 1427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
2021 Zafira Hadhiyanti-Ilustrasi Pribadi

Jika kamu sering menunda-nunda tugas penting dengan pekerjaan yang mungkin bisa dilakukan setelahnya, seperti menata baju di lemari, ataupun menata benda yang sebenarnya tidak berantakan. Dengan melakukan hal tersebut kamu bukannya malas, jelas menata baju membutuhkan fokus dan tenaga didalamnya, hal itu dinamakan procrastination atau prokrastinasi. Merasa sibuk padahal tidak produktif, dengan menghabiskan hari-hari melakukan hal-hal yang dapat terselesaikan dengan cepat, tetapi bukan hal yang terbaik untuk menggunakan waktu.

Apasih yang Dimaksud Procrastination atau Prokastinasi?

Prokrastinasi sudah menjadi masalah abadi, pada jaman Yunani kuno filsuf seperti Socrates dan Aristoteles mengembangkan hal ini dengan nama Akrasia yaitu melakukan sesuatu yang bertentangan dengan penilaian kita yang lebih baik. Singkatnya penundaan atau kurangnya pengendalian diri.

Lalu Kenapa Kita Sering Terjebak Dalam Tindakan Prokrastinasi?

"Penundaan adalah masalah pengaturan emosi, bukan masalah manajemen waktu," kata Dr. Tim Pychyl, profesor psikologi dan anggota Kelompok Riset Penundaan di Universitas Carleton di Ottawa.

Prokrastinasi bukanlah ketidakmampuan untuk mengatur waktu, tetapi cara untuk mengatasi emosi yang menantang dan suasana hati negatif yang disebabkan oleh tugas-tugas tertentu, seperti kebosanan, kecemasan, frustrasi, kebencian, keraguan diri, dan sebagainya.


Masalah utamanya bukan dalam melakukan tugas tersebut, tetapi dalam memulainya. Tindakan menunda-nunda dikarenakan ada pikiran-pikiran bahwa tugas tersebut sulit, tidak menyenangkan dan membosankan padahal kita belum memulai mengerjakannya, sehingga kita lebih memilih melakukan hal lain yang lebih mudah dan memberikan kepuasan dalam waktu singkat seakan-akan tugas utama kita selesai.

Selain itu, Penelitian psikologi perilaku telah mengungkapkan sebuah fenomena yang disebut "time inconsistency". Ketidakkonsistenan waktu mengacu pada kecenderungan otak manusia untuk menghargai instant reward lebih tinggi daripada future reward.

Untuk memahami hal ini, kita membagi diri kita menjadi dua bagian yaitu "Present Self (diri kita saat ini)" dan "Future Self (diri kita dimasa depan)". Contohnya, ketika mempunyai tujuan untuk mengurangi berat badan ataupun belajar bahasa baru. Hal ini adalah rencana untuk Future Self, tetapi Present Self merasa itu bukanlah tugas yang perlu dilakukan saat ini, karena Future Self yang akan melakukannya. Padahal tindakan yang diambil oleh Present Self saat ini berpengaruh terhadap masa depan yang berkaitan dengan Future Self. 

Jadi, Future Self dengan Present Self seringkali berselisih satu sama lain, Future Self ingin memiliki tubuh yang sehat dan ideal tetapi Present Self tetap memakan gorengan dan minum minuman manis karena rasanya yang enak. Padahal kita tahu makan sehat hari ini dapat menghindari kelebihan berat badan di 10 tahun yang akan datang, tetapi konsekuensi seperti peningkatan resiko diabetes dan gagal jantung masih bertahun-tahun lagi.

Lalu Bagaimana Cara Menangani Prokastinasi

Seringkali kita terjebak lagi dan lagi ke dalam tindakan prokrastinasi, karena tidak mempunyai sistem yang jelas untuk memutuskan apa yang penting dan apa yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Ada banyak cara yang bisa dialakukan untuk mengatasi tindakan prokrastinasi, ada dua cara sederhana yang bisa dipraktekan, yaitu:

1. Metode The Ivy Lee

Ada lima langkah untuk melakukan metode ini yaitu

  • Setiap mau tidur, tuliskan 6 tugas penting yang akan dikerjakan keesokan harinya. Tidak boleh lebih dari 6 tugas.
  • Prioritaskan 6 tugas tadi yang paling penting dan harus segera selesai.
  • Untuk keesokan harinya, konsentrasikan diri pada tugas nomor 1, selesaikan tugas tersebut sampai tuntas sebelum pindah ke tugas kedua, dan seterusnya.
  • Apabila dari keenam tugas tadi ada yang belum terselesaikan, maka tugas tersebut dipindahkan ke jadwal 6 tugas selanjutnya untuk dikerjakan keesokan harinya.
  • Lakukan hal ini setiap hari.

Metode ini mudah diikuti, karena hanya perlu membuat catatan atau reminder di handphone, ataupun menuliskannya di sticky note dan ditempelkan di dinding yang mudah terlihat. Dengan menggunakan metode ini membuat tugas-tugas lebih terorganisasi berdasarkan prioritas dan tidak ada tugas penting yang terlewatkan.

2. Metode Aturan 2 Menit/ 2 Minute Rule

Aturan Dua Menit menyatakan "Saat Anda memulai suatu kebiasaan baru, hanya perlu waktu kurang dari dua menit untuk melakukannya." hampir semua kebiasaan dapat dimulai hanya dua menit, seperti:

  • "Membaca buku setiap sebelum tidur" menjadi "Membaca satu halaman"
  • "Melakukan olahraga lari" menjadi "Mengikat tali sepatu"
  • "Belajar untuk kelas" menjadi "Membuka catatan"

Idenya adalah membuat kebiasaan semudah mungkin untuk dimulai. Strategi ini ampuh karena begitu Anda mulai melakukan hal yang benar, jauh lebih mudah untuk terus melakukannya. Hal ini dapat menjadi titik awal melakukan kebiasaan produktif dengan mudah, hanya membutuhkan dua menit pertama untuk memulai dan terus meningkatkan tindakan selanjutnya.

Semoga hal ini dapat membantu untuk memulai kebiasan yang produktif dan menghindari prokrastinasi dan jangan lupa apa kata NIKE "Just do it".

Referensi 

https://jamesclear.com/procrastination

https://www.nytimes.com/2019/03/25/smarter-living/why-you-procrastinate-it-has-nothing-to-do-with-self-control.html

https://jamesclear.com/how-to-stop-procrastinating

https://maurathomas.com/productivity/2-minute-rule-time-management/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun