Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Sentralisasi Koalisi 2024 Ada di PDIP dan Gerindra

21 Juni 2023   08:26 Diperbarui: 26 Juni 2023   07:20 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua DPP PDI Perjuangan (PDI-P) Puan Maharani bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Minggu (4/9/2022).(KOMPAS.com/ACHMAD NASRUDIN YAHYA)

Untuk menjawab hal ini, eksistensi partai yang masuk senayan perlu dipilah menjadi dua bagian. Yaitu, yang tak perlu koalisi macam PDIP. Lalu yang masih butuh koalisi seperti Gerindra, Golkar, PKB, PPP, PAN, Nasdem, Demokrat, dan PKS.

PDIP sudah punya capres. Siapa lagi kalau bukan Ganjar Pranowo. Karena suaranya lebih dari cukup, partai punya keluarga Bung Karno ini bisa santai. Dalam hal mengusung kandidat, PDIP bersifat menarik. Ibarat magnet, punya kekuatan yang bisa membuat partai lain mendekat. Dengan kata lain, PDIP dibutuhkan. Bukan membutuhkan.

Sekarang Gerindra. Memang benar, partai ini tak cukup syarat daftar sendiri ke KPU. Tapi harus diingat, meskipun tak seperti PDIP, keberadaan Gerindra juga tetap menarik. 

Karena yang jadi capres adalah Prabowo Subianto. Ini membuat posisi Gerindra, dalam hal mengusung calon, bisa dikatakan partai anti gagal. Lha iya. Wong yang tanda tangan rekomendasi adalah Ketum-nya sendiri. Sesuatu yang teramat mudah dilakukan.

Beralih ke Nasdem yang juga sudah punya capres. Namanya Anies Baswedan. Harus dipahami, meski begitu posisi Nasdem tak sekuat PDIP dan Gerindra. Eksistensinya rentan. 

Alasannya, tak seperti yang diraih oleh PDIP, suara Nasdem amat sangat kecil. Butuh minimal dukungan dua partai untuk dijadikan kawan koalisi. Tambahan lagi, Anies bukan penentu di partai, sebagaimana kedudukan Prabowo Subianto di Gerindra.

Lalu bagaimana Golkar, PKB, PPP, PAN, Demokrat dan PKS. PPP sudah menyatakan diri gabung ke PDIP mendukung Ganjar. Saat ini PPP lagi berupaya mendorong Sandiaga Uno jadi cawapres. Tapi dalam pandangan saya, PPP tidak berani maksa. 

Kalau Sandi ditolak, PPP tetap di PDIP. Karena masuknya PPP ke PDIP, semata untuk mendapat efek ekor jas dari Ganjar. Demi menyelamatkan syarat parlemen threshold 4 persen.

Akan halnya PAN. Ada sinyal kuat PAN juga akan ke PDIP. Tapi maksa Erik Thohir jadi pendamping Ganjar. PAN serius mengusung Jarik, atau Ganjar-Erik. Walau demikian, posisi PAN masih goyang. 

Kalau Jarik tak masuk hitungan PDIP, PAN bisa nyebrang ke Gerindra, dan sulit masuk ke Nasdem. Karena kedepan, PAN tetap ingin ada di barisan Jokowi. Dimaklumi, selain Ganjar, Jokowi disinyalir kuat juga setuju, bahkan sering mengendorse Prabowo.

Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB. Parpol warisan Gus Dur ini jelas ke Gerindra. Benar memang posisi Cak Imin sebagai Ketum yang dicawapreskan oleh PKB dan para ulama, bisa saja ditolak oleh Prabowo. Namun saya yakin tak akan membuat PKB hengkang dari KKIR atau Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang sudah dibentuk bersama Gerindra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun