Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Sentralisasi Koalisi 2024 Ada di PDIP dan Gerindra

21 Juni 2023   08:26 Diperbarui: 26 Juni 2023   07:20 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua DPP PDI Perjuangan (PDI-P) Puan Maharani bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Minggu (4/9/2022).(KOMPAS.com/ACHMAD NASRUDIN YAHYA)

Menjadi presiden di Indonesia harus bisa melewati dua syarat fundamental. Ini sifatnya pokok dan tak bisa dibantah. Apa itu..?

Pertama, sudah tentu ada partai pengusung yang mendaftarkan capres-cawapres ke KPU. Secara regulasi, jika cukup syarat macam PDIP bisa sendirian. Namun jika tak cukup seperti Gerindra dan parpol lain, wajib mencari kawan. Membentuk sebuah koalisi.

Yang kedua menang pilpres. Ini terkait upaya dan strategi. Juga kepiawaian parpol-parpol, tim sukses serta kandidat saat rebutan vox pop. 

Sukses meramu beragam hal tersebut, bakal leading membawa calon masuk istana. Sebaliknya jika gagal, meski jumlah parpol yang berkoalisi sangat besar, siap-siap menjadi pecundang. Alias kalah pilpres.

Memang benar, jauh sebelum hari H pencoblosan suara ada kategori capres-cawapres kuat dan lemah. Kuat berarti punya potensi besar untuk menang. Dan lemah lebih dekat pada kekalahan. 

Biasanya, hal ini diketahui dari hasil survei oleh lembaga kredibel. Namun meski punya posisi kuat, tetap tak bisa jadi presiden. Andai tak ada partai, atau gabungan darinya, yang tertarik untuk mengusung daftar ke KPU.

Lemah memang hasil surveinya. Tapi karena satu faktor tertentu, misal oleh sebab punya modal mumpuni hingga banyak parpol yang berminat, kesempatan besar masuk istana terbuka lebar. Apalagi jika upaya, strategi dan kerja keras partai pengusung dapat dimaksimalkan. Yang lemah bisa saja mengalahkan yang kuat.

Tentu merupakan modal teramat besar, jika memiliki segalanya. Sudah kuat, diminati partai atau koalisi, masih punya dana besar lagi. Wuuiihh, ini yang luar biasa. 

Masalahnya sekarang kalau sebaliknya. Sangat ingin nyapres, tapi hasil survei paling buncit, parpol pengusung tak jelas, ditambah dana cekak. Waah, ini namanya apes se apes-apesnya. Ibarat kata, besar pasak daripada tiang.

Lalu bagaimana prediksi perjalanan koalisi 2024 mendatang...? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun