Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Farel Prayoga Tujuh Belasan di Istana Negara

17 Agustus 2022   20:31 Diperbarui: 17 Agustus 2022   22:08 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi Farel Saat Nyanyi Di Istana, Foto Dok. Sekretariat Negara, By. Kompas.com

Fantatis. Penampilan bocah penyanyi cilik di depan Presiden dan beberapa pejabat teras negara lainnya mampu menguak perubahan dan fakta riil. Menyiratkan soal pengakuan terhadap kemampuan Pak Jokowi, mendobrak kebiasaan dan mengungkap kuatnya akar ragam budaya Nusantara. Tak disangka, penampilan Farel menjadi tranding. Bukan hanya karena acaranya yang memang bersifat nasional. Tapi isi lagu dan aksinya sendiri tak dapat disangkal sungguh sangat menarik dan relevan.

Sekedar info, ada yang beda pada perayaan HUT 77 RI tahun ini. Pihak Sekretariat Negara menampilkan penyanyi cilik asal Banyuwangi. Namanya Farel Prayoga. Membawakan lagu yang sedang trend di media sosial. Judulnya berbahasa Jawa khas Banyuwangi, Ojho Dibandingke. Artinya, jangan dibanding-bandingkan. Hanya saja, lirik lagunya di dimodifikasi sedikit. Ada kalimat, "Kuharap Engkau Mengerti, Dihati Ini Hanya Ada Pak Jokowi".

Lirik lagu tersebut sebenarnya tentang kegalauan cinta. Berisi ungkapan rasa rendah diri atau kalah bersaing seorang pasangan kekasih. Sudah bersama cukup lama. Namun sang pujaan hati rupanya melirik orang lain. Karena suatu kelebihan yang tidak dimiliki oleh pasangannya itu.

Dalam konteks kagum pada Pak Jokowi, menggambarkan betapa hingga saat ini, tak ada Presiden sehebat beliau. Karena itu, dalam lagunya Farel mengungkap fakta. Bahwa Pak Jokowi jangan dibanding-bandingkan sama yang lain. Ya pasti kalah. Ta Oyak'o, aku yo ora mampu. Dipaksa bagaimanapun, tetap tak mampu menandingi Jokowi.

Meskipun dikejar hingga ke ujung langit. Atau ditelisik dari bidang manapun. Semuanya tak kan bisa menandingi kehebatan Pak Jokowi. Karena itulah, rakyat mencitai beliau. Jelas ini menyiratkan kekaguman terhadap Presiden kita yang perawakannya kurus, anak pedagang rempah dan mantan sopir bus, tapi punya kekuatan power full.

Tak pelak lagi, aksi bocah cilik itu mengundang decak kagum. Selain lagunya memang enak didengar, lembut dirasa dan adem dihati, suara Farel sendiri memang tergolong bagus. Tak kalah dibanding penyanyi-penyanyi ibukota. Ya tentu ini bukan sesuatu yang instan. Saya yakin butuh proses. Rajin berlatih, berat dan lama sudah pasti dijalani oleh Farel.

Jerih payah Farel Prayoga di Istana negara membuahkan hasil. Kegiatan HUT RI yang biasanya kaku, rigid dan terpola sesuai SOP, berubah jadi gayeng. Bukan hanya artis Indra Bekti, Reza Rahadian dan lainnya. Para Menteri dan beberapa pejabat negara ikut turun panggung bergoyang mengiringi nyanyian Farel. Nampak Menteri Pertahanan Pak Prabowo Subianto, Menkeu Ibu Sri Mulyani dan Menakertran Ibu Ida Fauziyah.

Yang tak kalah menarik, Ibu Negara Iriana Joko Widodo ikut bergoyang juga. Menunjukkan bahwa aksi Farel memang memukau. Penyanyi ini ternyata cukup memiliki talenta dan kharisma. Punya daya tarik atau maghnet yang kuat. Ini tentu ditopang lagi oleh mentalnya yang bisa dipastikan sangat-sangat teruji.

Anda tahu, tak mudah tampil didepan forum bagi seorang bocah seumur Farel. Bahkan hingga nyaris sempurna, sungguhpun hanya didepan Pak RT. Kalau tidak punya mental teruji. Apalagi didepan Presiden dan jajaran pejabat tinggi negara. Kalau Farel bocah kaleng-kaleng, pasti kocar-kacir itu acara.

Selamat buat Farel Prayoga. Penampilanmu luar biasa Dik. Dan selamat juga buat yang punya ide. Anda layak mendapat acungan dua jempol. Saya berharap, acara ini menjadi agenda rutin tahunan saat perayaan HUT RI. Menampilkan lagu-lagu daerah secara bergilir dari Sabang sampai Merauke.

Saya yakin, kegiatan rutin semacam itu dampaknya pasti luar biasa. Pertama, menguatkan pengakuan terhadap budaya daerah yang kini mulai pudar. Kedua, sebagai ajang menampilkan potensi anak-anak berbakat. Ketiga, salah satu bentuk kampanye keberagaman dan kebhinekaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun