Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masuk Tahun Ajaran Baru, Ini 6 Hal yang Patut Diperhatikan

26 Juni 2022   08:43 Diperbarui: 26 Juni 2022   08:57 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Pertemuan Wali Murid, Photo Dok. Pribadi

Saat ini masuk tahun ajaran baru. Musim sekolah menerima murid kelas rendah. Para orang tua sibuk mencari sekolah terbaik. Demi mempersiapkan masa depan generasi penerus. Jangan sampai mereka menerima pendidikan yang keliru. Kalau itu sampai terjadi, alamat menimbulkan masalah. 

Dalam skala kecil, mungkin hanya terjadi di lingkup keluarga. Tapi untuk skala lebih besar, yang mendapat masalah bisa jadi bangsa atau negara. Demikianlah, betapa penting pengaruh pendidikan bagi generasi penerus.

Mencari sekolah terbaik juga demi mewujudkan harapan. Baik yang diimpikan oleh orang tua maupun anak-anak. Keduanya saling terkait satu sama lain. 

Pertama, harapan orang tua. Secara idealis orang tua pasti ingin anak-anaknya menjadi manusia yang barguna bagi agama, bangsa dan negara. Berakhlak mulia serta mampu menjaga mereka kelak, saat masuk usia sepuh. Jangan sampai, anak-anak menjadi lupa. Mengakibatkan hidup orang tua jadi terlantar.

Kedua, harapan anak-anak. Secara realistis ini terkait dengan sesuatu yang bersifat pragmatis. Dicari sekolah yang dapat menemukan jati diri anak. Untuk kemudian mengarahkan mereka menuju bidang yang sesuai dengan potensi. 

Nanti, jika sudah selesai menempuh pendidikan, anak-anak berharap punya profesi hingga jenjang tertinggi. Sebagai akibat hasil pendidikan yang diperoleh mendukung pilihan karir  yang di incar.

Bagaimana agar harapan orang tua dan anak-anak tercapai sesuai keinginan..? Ini ada enam point yang patut diperhatikan oleh bapak dan ibu. Utamanya saat mengawal putra putri menampuh pendidikan. Enam point tersebut ada di kitab Taklimul Mutaallim. Sebuah kitab klasik yang umum dijadikan rujukan oleh banyak pondok pesantren di Indonesia. 

Taklimul Mutaallim tergolong sebagai kitab tasawuf. Dikarang oleh seorang ulama besar bernama Imam Az Zarnuji. Beliau hidup sekitar akhir abad 12 dan awal abad 13. Sekitar tahun 1195-1243 M. atau 591-640 H. Masuk masa keempat periode pertumbuhan dan perkembangan islam.

Berikut pendapat beliau, sebelum menempuh pendidikan anak-anak mesti memiliki modal mencari ilmu. Dimana, modal ini wajib menjadi perhatian orang tua. 

Apa saja modal itu..? Pertama kecerdasan. Artinya berakal. Anak-anak tidak dalam kondisi "sakit", atau mengalami gangguan jiwa. Kecerdasan dimaksud baik yang sudah ada pada anak sebagai potensi, maupun yang terbentuk melalui proses campur tangan manusia dan lingkungan.

Kedua bersungguh-sungguh. Artinya, anak punya semangat juang tinggi. Pantang menyerah. Belajar sangat tekun. Tidak main-main. Segenap hati, pikiran dan tenaga dicurahkan sepenuhnya untuk fokus belajar. Bidang yang ditekuni menjadi pusat konsentrasi. Jika muncul keinginan berbeda, secepatnya dilupakan. Pokoknya, tidak ada perhatian lain, kecuali hanya untuk ilmu pengetahuan.

Wali Murid Peserta Pertemuan, Photo Dok. Pribadi
Wali Murid Peserta Pertemuan, Photo Dok. Pribadi

Ketiga sabar. Seorang anak yang sedang menuntut ilmu butuh kesabaran. Yakni sikap mampu menjaga semangat belajar dalam kondisi apapun. Dengan kata lain, istiqamah atau tetap tegak lurus. Meskipun banyak rintangan dan cobaan datang menghadang.

Keempat biaya. Jika ingin putra-putri sukses menuntut ilmu, orang tua jangan main gratisan. Alias mau untung sendiri. Berharap anak sukses dan lulus sesuai cita-cita, tapi tak mau keluar uang. Mana ada yang demikian. Hingga tunggu "lebaran kuda" sekalipun kata presiden keenam RI pak SBY, yang begitu sulit terlaksana. Meskipun, tentu saja soal biaya bersifat relatif. Ada ilmu yang harus diraih pakai dana sangat banyak. Tapi ada pula yang perlunya cuma sedikit.

Kelima, ada guru. Ketika sedang dalam proses mencari ilmu, seorang anak wajib didampingi oleh seorang guru. Fungsinya, memberi bimbingan. Agar pendidikan anak berjalan sesuai arah yang benar. Karena itu, jangan biarkan anak belajar sendiri tanpa guru. Bisa-bisa tersesat, alias salah jalan. Selain itu, guru juga harus seorang manusia. Bukan mesin macam mbah google.

Mengapa, karena menuntut ilmu bukan sekedar pindah pengetahuan saja. Tapi juga membentuk karakter dan menata hati. Tugas demikian, hanya bisa dilakukan oleh makhluk hidup. Kalau mesin tidak punya kemampuan. 

Dalam hal ini, sangat relevan dawuh KH. Dimyati Rois. Beliau berkata, "Jika anda menjadi guru hanya sekedar transfer pengetahun, akan ada masa dimana anda tidak lagi dibutuhkan. Karena google lebih cerdas dan lebih tahu banyak hal daripada anda. Namun, jika anda menjadi guru juga mentransfer adab, ketaqwaan dan keikhlasan, maka anda akan selalu dibutuhkan. Karena google tidak memiliki itu semua".

Keenam, waktu yang lama. Menuntut ilmu pastinya butuh waktu lama. Memerlukan proses panjang. Tidak mungkin dalam waktu singkat. Apalagi instan. Misal, sekedar membaca beberapa kalimat, melihat fakta sekelumit dan mengamati sedikit, lalu dianggap selesai. Bagai sulap. Cukup ucapkan mantra "sim salabim", langsung jadi. Ya tidak mungkin. Kalaupun begitu, pasti tidak tuntas. Ada yang terlupakan. Jika diteruskan, bisa menjadi alat perusak.

Itulah sekelumit penjelasan Imam Az Zarnuji tentang modal mencari ilmu. Silahkan para orang tua dan anak-anak menjadikan enam modal tersebut sebagai pedoman. 

Mumpung lagi masuk tahun ajaran baru. Dimanapun lembaganya. Baik pondok pesantren maupun lembaga umum. Paparan diatas saya peroleh saat menghadiri undangan Pertemuan Wali Murid SD. Darut Thalabah. Disarikan dari Mauidlah Hasanah Pengasuh Ponpes Darut Thalabah Al Asy'ari, Wonosari Bondowoso Jawa Timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun