Mohon tunggu...
Yayuk CJ
Yayuk CJ Mohon Tunggu... Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Kedai Ruang Warna: Kafe Estetik yang Menyulam Warna Hidup Sang Maestro

25 September 2025   15:30 Diperbarui: 25 September 2025   23:10 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan dan foto alm. Sadikin Pard - Dokumentasi pribadi 

Estetik - Dokumentasi Laurensia Reni
Estetik - Dokumentasi Laurensia Reni

Di tengah kerlip lampu senja, pengunjung akan disambut oleh aroma kopi klasik dan suara gelas yang beradu ringan. Almedo Pard, anak almarhum Sadikin, menceritakan bahwa ide mendirikan kafe ini lahir dari pengamatan sederhana: sang ayah yang suka melihat ibunya memasak; tiap aroma, tiap rasa, mengandung cinta dan harapan. 

Dan sekarang, di tangan Almedo, mimpi itu menjadi nyata, tempat di mana kopi bukan sekadar minuman, tetapi medium pertemuan antara seni dan rasa.

Kita sudah bisa sarapan pagi di kafe yang buka pukul 07.00 WIB ini, atau menghabiskan kopi hingga tutup pukul 22.00 WIB.

Lukisan dan foto alm. Sadikin Pard - Dokumentasi pribadi 
Lukisan dan foto alm. Sadikin Pard - Dokumentasi pribadi 

Sadikin pernah menjual lukisannya hingga mencapai harga fantastis, sebuah bukti bahwa karyanya punya daya tarik tak sekadar visual, tapi emosional. Namun di Ruang Warna, semua lukisan masih menjadi kenangan kolektif, belum ada yang dilepas; karena bagi keluarga Pard, setiap sapuan kuas adalah bagian dari narasi hidup yang tak boleh hilang.

Daftar menu standart kafe - Dokumentasi pribadi
Daftar menu standart kafe - Dokumentasi pribadi

Kisah Sadikin yang lahir tanpa tangan, namun tetap bersahabat dengan kuas lewat kaki dan mulutnya, memancarkan kekuatan tak terlihat. Ia pernah tampil melukis di depan umum, di acara seperti Tong Tong Night Market, didampingi dentuman musik tradisional dan tawa mereka yang menyaksikan bagaimana warna muncul dari keterbatasan.

Almedo menjelaskan bahwa esensi seninya tidak pernah hilang meskipun kini menjadi sebuah kafe. Kehadiran kafe adalah untuk menghidupkan semangat Sadikin Pard dan sebagai perwujudan mimpi-mimpi Sadikin yang belum kesampaian. Lukisan-lukisan dalam galeri ini sebagai kenangan dan warisan yang tak ternilai.

Kelas melukis pun masih berjalan dan dilanjutkan oleh sang kakak, Alrona Setiawan. Putra sulung sang maestro inilah yang melanjutkan warisan sang ayah.

Menu rumahan yang lezat - Dokumentasi Laurensia Reni
Menu rumahan yang lezat - Dokumentasi Laurensia Reni

Ruang Warna, Ruang Hening yang Hidup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun