Berita ini masih hangat bahkan masih panas; masyarakat publik dihebohkan dengan potongan video yang menampilkan Menteri Keuangan Sri Mulyani seolah-olah mengatakan “guru itu beban negara”. Video itu beredar cepat, ditonton puluhan ribu kali, dan memicu kemarahan banyak kalangan, khususnya para pendidik.
Sebagai seorang tenaga kependidikan, saya pun ikut terusik. Awalnya saya ikut terpancing karena beredar opini-opini dari orang yang sebenarnya juga pakar pendidikan yang menghujat pernyataan ini di media sosial, tanpa menyaringnya terlebih dahulu.
Pertanyaan besar berputar di kepala saya, pusing. Bagaimana mungkin profesi yang menjadi garda depan pembangunan bangsa disebut sebagai “beban”? Lhah... setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata video tersebut adalah hasil rekayasa AI (Artificial Intelligence). Fakta ini terungkap melalui pemeriksaan yang dilakukan Tim Pemeriksa Fakta Mafindo (TurnBackHoax) menggunakan Google SynthID Detector, yang mengidentifikasi video itu sebagai konten sintetik atau palsu.
Sebenarnya, dalam pidato aslinya di Institut Teknologi Bandung pada 7 Agustus 2025, Sri Mulyani sama sekali tidak menyebut guru sebagai beban. Ia justru menyoroti persoalan serius bahwa gaji guru dan dosen masih rendah, dan hal ini menjadi tantangan besar bagi keuangan negara. Ucapan lengkapnya adalah:
“Banyak di media sosial, saya selalu mengatakan, menjadi dosen atau menjadi guru tidak dihargai karena gajinya enggak besar. Ini juga salah satu tantangan bagi keuangan negara.”
Jelas berbeda maknanya, bukan?
Belajar dari Kasus: Hoaks yang Mengguncang Kepercayaan
Kasus ini menyadarkan kita bahwa manipulasi digital semakin canggih. Dengan teknologi AI, wajah dan suara seseorang bisa ditiru dengan sangat meyakinkan. Sekilas tampak asli, padahal palsu. Dampaknya besar: bisa memicu salah paham, menurunkan kepercayaan publik, bahkan memecah belah masyarakat.
Bayangkan, jika guru-guru di seluruh Indonesia percaya begitu saja pada video rekayasa ini, tentu akan menimbulkan kemarahan dan kekecewaan mendalam kepada pemerintah. Hoaks semacam ini bukan hanya merugikan individu, tetapi juga merusak hubungan antara pemerintah dan masyarakat.
Guru Bukan Beban, Melainkan Aset Bangsa
Mari kita kembali ke substansi: guru bukanlah beban negara. Justru sebaliknya, guru adalah investasi terbesar bangsa ini. Tanpa guru, mustahil lahir generasi unggul yang kelak memimpin negeri.
Kalau keuangan negara harus “menanggung” gaji guru, itu bukanlah beban, melainkan bentuk tanggung jawab negara. Negara yang besar adalah negara yang menghormati pendidiknya. Karena itu, perjuangan untuk peningkatan kesejahteraan guru justru harus kita dukung bersama, bukan dipelintir dengan narasi menyesatkan.