Band seperti Arema Voice, D'Kross tetap konsisten, meski gaungnya tak sekuat Padi, Boomerang, atau Sheila On 7 dari kota lain.
Event seperti "Sound of Unity 2018"Â di Stadion Gajayana, dengan 520.000 watt sound system, ratusan musisi dan tari tradisi, menjadi pembuktian ekosistem musik Malang masih kuat. Komunitas Voice of Malang (VOM), Malang Drummer Community, GuitariscK, hingga Kubam memperkuat eksistensi.
Pada Minggu, 4 Mei 2025 baru-baru ini digelar "Malang Rockestra 2025". Sebuah perpaduan antara rock dengan orkestra. Konser ini merupakan gagasan Malang Lites dan Delta Production dengan menghadirkan dua legenda rock Malang, Elpamas dan Grass Rock, didukung band muda Mix Match Band sebagai pembuka.
Dengan dukungan LKI Production, CK Indo Kretek Tobacco, PORTURE, dan ALCO, konser digelar di Gedung Kesenian Gajayana dan dimulai pada pukul 19.00 WIB.
Pertunjukan ini sukses mengguncang panggung dengan teknologi audio surround 5.1 dari Delta Music Production dan sound system 30.000 watt, menciptakan sensasi layaknya menonton film di bioskop. Sebuah pengalaman spektakuler yang memanjakan ribuan penonton Malang Raya.
Harapan di Tengah Kota Kreatif Dunia
Dengan ambisi menjadi Kota Kreatif Dunia versi UNESCO 2025, harapan kembali tumbuh agar Malang tak sekadar menjadi kota cover band, tetapi lahir lagi band rock cadas dengan karya orisinal.
Dari Sarinah, PK17, hingga Stadion Gajayana, gema musik cadas Malang adalah denyut keberanian, identitas, dan kebanggaan Arek Ngalam. Meski cuaca dingin, Malang selalu punya darah panas dalam urusan musik keras.
Salam Lestari Musik Rock Indonesia! (Yy)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI