Stadion Gajayana merupakan tempat bersejarah yang menjadi saksi perjalanan musik rock di Kota Malang. Dibangun tahun 1924 dan rampung pada 1926, stadion ini awalnya memiliki fasilitas lengkap seperti pacuan kuda, kolam renang zwembad, dan lapangan sepak bola.
Namun, mulai 1960-an hingga 1990-an, tribun VIP Stadion Gajayana kerap disulap menjadi venue pertunjukan musik rock. Band-band seperti Tornado, Darkness, Bentoel Band, Greates, Elpamas, Slank, Dye Marker, Arema Voice, dan banyak lagi pernah mengguncang tribun stadion ini.
Pada 1990-an, kapasitas stadion diperluas untuk menampung hingga 17 ribu penonton, dan terus direnovasi hingga kini dapat menampung sekitar 25 ribu penonton. Meski kini lebih sering digunakan untuk pertandingan sepak bola, Gajayana tetap memiliki sejarah panjang sebagai panggung megah bagi musisi rock Malang.
Upaya melestarikan budaya, khususnya musik di kota Malang digelar di Stadion megah ini dalam event “Sound of Unity” pada 8-28 April 2018, sebagai salah satu rangkaian “Save Malang Heritage” (SMH) memeriahkan ulang tahun kota Malang ke-104.
Konser akbar yang mendapatkan MURI ini melibatkan 104 rental sound system, 104 gitaris, 104 bassis, 104 vokalis, 104 drummer, 104 keyboardis, dan 104 rental stage.
Era 1960-an: Munculnya Pionir di Tengah Larangan Musik Barat
Pada masa pemerintahan presiden Soekarno, musik Barat dianggap tabu. Namun, di Malang, geliat musik tak terbendung. Seniman muda sering berkumpul di Sarinah Plaza, alun-alun Kota Malang. Band pertama yang muncul pasca pemberontakan PKI adalah Eka Dasa Taruna yang didirikan oleh Letkol. R. Edwin Soedardji, pendiri Universitas Merdeka Malang. Mereka memainkan lagu-lagu Nat King Cole hingga Elvis Presley, dengan gitaris andal Sujarwo.
Dari sana lahir band seperti Jaguar, El Vera, Avia Nada, Brahma, Mageta, Moonstair, Sakuntala, Suara Ria, hingga band cewek Dara Ria. Mereka memainkan The Beatles, The Comets, dan Rolling Stones, mengukuhkan Malang sebagai kota yang terbuka pada musik rock sejak dini.
Era 1970-an: Bentoel Rock Band dan Eksplosi Musik Keras
Di era 70-an, musik rock makin bergema dengan hadirnya Bentoel Rock Band, melahirkan nama seperti Mickey Jaguar, Ian Antono, Teddy Sudjaya, dan Silvia Sartje. Band ini membawakan hard rock Rolling Stones, Led Zeppelin, Deep Purple dengan garang. Mickey Jaguar terkenal dengan aksi panggung horor ala Ozzy Osbourne, hingga aksi kontroversial menyembelih kelinci di panggung.
Band lain seperti Oepet Rock Band, Jaguar, juga berjaya. Sementara AKA dari Surabaya ikut memperkuat skena dengan gaya plagiat musik Barat.