Mohon tunggu...
Yayuk CJ
Yayuk CJ Mohon Tunggu... Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pantai Tanjung Penyu: Jejak Penyu, Ritual Pesisir, dan Refleksi Budaya di Malang Selatan

11 Juli 2025   23:30 Diperbarui: 13 Juli 2025   16:03 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ombak yang landai di Pantai Tanjung Penyu - Dok. Pribadi 

Serunya piknik di Pantai Tanjung Penyu - Dok. Wilbert Rashya 
Serunya piknik di Pantai Tanjung Penyu - Dok. Wilbert Rashya 

Kegiatan pelepasan tukik juga tak lepas dari nuansa spiritual ini. Dalam beberapa kesempatan, pelepasan dilakukan secara simbolik dengan mengalirkan tukik di atas batok kelapa, meniru tradisi leluhur yang menyimbolkan kembalinya kehidupan ke alam. Namun sayangnya, banyak wisatawan tak memahami makna di balik tradisi ini. Beberapa bahkan menertawakannya atau mencemari lokasi upacara dengan sampah plastik.

Wisata dan Edukasi Konservasi

Tanjung Penyu menyuguhkan pasir putih yang lembut, air jernih kehijauan, tebing dan batuan terjal. Fasilitas wisata seperti spot camping, swafoto, dan perahu wisata semakin berkembang. Tarif masuk cukup terjangkau: Rp10.000 per orang, parkir motor Rp3.000, mobil Rp5.000. 

Berenang dan bersantai di gazebo dapat dilakukan dengan aman bersama keluarga. Ombaknya cukup aman dan landai. Dengan karakter pasirnya yang halus dan lembut membuat pengunjung asyik bermain pasir.

Tempat yang pas untuk bersantai bersama keluarga - Dok. Laurensia Reni
Tempat yang pas untuk bersantai bersama keluarga - Dok. Laurensia Reni

Menikmati sunset yang indah di sore hari juga banyak menjadi pilihan wisatawan untuk tetap tinggal karena suasananya yang romantis. Beberapa kelompok muda juga senang dapat berkemah di tepi pantainya yang tenang. Beberapa pengelola juga menawarkan jasa edukasi lingkungan dan pelatihan konservasi, terutama saat musim tukik menetas.

Wisatawan disarankan datang pagi (07.00–10.00) atau sore (15.00–17.00) untuk menikmati keindahan dan menghindari teriknya matahari. Namun yang terpenting adalah sikap: membawa sampah sendiri, menghormati ritual, dan mendukung ekonomi lokal dengan bijak.

Menjaga yang Tersisa, Sebuah Catatan Reflektif

Tanjung Penyu ibarat potret ambivalensi: indah tapi rawan rusak, ramai tapi berisiko kehilangan jati diri. Pantai ini adalah laboratorium sosial tempat bertemunya konservasi, budaya, dan ekonomi lokal. Data konservasi menunjukkan tren positif: sekitar 1.160 tukik dilepas sepanjang semester pertama 2025. Namun tantangannya pun tetap besar.

Hal ini sangat dibutuhkan kolaborasi aktif antara pemerintah, komunitas lokal, dan wisatawan. Edukasi multibahasa tentang pentingnya penyu dan makna ritual harus dipasang di titik-titik strategis. Sekolah-sekolah bisa terlibat dalam kegiatan pelepasan tukik, agar generasi muda tumbuh dengan rasa memiliki terhadap lingkungan dan budaya mereka sendiri.

Pantai Tanjung Penyu yang selalu ramai pengunjung sejak dibuka untuk umum - Dok. Wilbert Rashya 
Pantai Tanjung Penyu yang selalu ramai pengunjung sejak dibuka untuk umum - Dok. Wilbert Rashya 

Laut Menyimpan Jejak Kita

Tanjung Penyu bukan hanya soal pantai dan penyu. Ia adalah tempat di mana kita bisa bertanya: apakah kita datang sebagai penikmat, perusak, atau penjaga? Karena pada akhirnya, laut dan semua yang hidup di dalamnya akan menilai cara kita memandang dan memperlakukannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun