Kegiatan pelepasan tukik juga tak lepas dari nuansa spiritual ini. Dalam beberapa kesempatan, pelepasan dilakukan secara simbolik dengan mengalirkan tukik di atas batok kelapa, meniru tradisi leluhur yang menyimbolkan kembalinya kehidupan ke alam. Namun sayangnya, banyak wisatawan tak memahami makna di balik tradisi ini. Beberapa bahkan menertawakannya atau mencemari lokasi upacara dengan sampah plastik.
Wisata dan Edukasi Konservasi
Tanjung Penyu menyuguhkan pasir putih yang lembut, air jernih kehijauan, tebing dan batuan terjal. Fasilitas wisata seperti spot camping, swafoto, dan perahu wisata semakin berkembang. Tarif masuk cukup terjangkau: Rp10.000 per orang, parkir motor Rp3.000, mobil Rp5.000.Â
Berenang dan bersantai di gazebo dapat dilakukan dengan aman bersama keluarga. Ombaknya cukup aman dan landai. Dengan karakter pasirnya yang halus dan lembut membuat pengunjung asyik bermain pasir.
Menikmati sunset yang indah di sore hari juga banyak menjadi pilihan wisatawan untuk tetap tinggal karena suasananya yang romantis. Beberapa kelompok muda juga senang dapat berkemah di tepi pantainya yang tenang. Beberapa pengelola juga menawarkan jasa edukasi lingkungan dan pelatihan konservasi, terutama saat musim tukik menetas.
Wisatawan disarankan datang pagi (07.00–10.00) atau sore (15.00–17.00) untuk menikmati keindahan dan menghindari teriknya matahari. Namun yang terpenting adalah sikap: membawa sampah sendiri, menghormati ritual, dan mendukung ekonomi lokal dengan bijak.
Menjaga yang Tersisa, Sebuah Catatan Reflektif
Tanjung Penyu ibarat potret ambivalensi: indah tapi rawan rusak, ramai tapi berisiko kehilangan jati diri. Pantai ini adalah laboratorium sosial tempat bertemunya konservasi, budaya, dan ekonomi lokal. Data konservasi menunjukkan tren positif: sekitar 1.160 tukik dilepas sepanjang semester pertama 2025. Namun tantangannya pun tetap besar.
Hal ini sangat dibutuhkan kolaborasi aktif antara pemerintah, komunitas lokal, dan wisatawan. Edukasi multibahasa tentang pentingnya penyu dan makna ritual harus dipasang di titik-titik strategis. Sekolah-sekolah bisa terlibat dalam kegiatan pelepasan tukik, agar generasi muda tumbuh dengan rasa memiliki terhadap lingkungan dan budaya mereka sendiri.
Laut Menyimpan Jejak Kita
Tanjung Penyu bukan hanya soal pantai dan penyu. Ia adalah tempat di mana kita bisa bertanya: apakah kita datang sebagai penikmat, perusak, atau penjaga? Karena pada akhirnya, laut dan semua yang hidup di dalamnya akan menilai cara kita memandang dan memperlakukannya.Â