Mohon tunggu...
Yayuk CJ
Yayuk CJ Mohon Tunggu... Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Turntable Kereta Api: Teknologi Pemutar Lokomotif sejak 1879 yang Masih Bertahan

18 Mei 2025   23:00 Diperbarui: 19 Mei 2025   22:27 18630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Turntable atau meja putar, atau jembatan putar Stasiun Bangil yang beroperasi kembali (7/02/2025) - Foto: Fikri Firmansyah -TribunJatim.com

Di balik jalur-jalur panjang yang menghubungkan kota dan desa, terdapat elemen-elemen mekanik yang diam-diam memainkan peran penting dalam sejarah perkeretaapian. Salah satunya adalah turntable kereta api, atau pemutar lokomotif, sebuah perangkat bundar raksasa yang memungkinkan lokomotif berputar arah. 

Turntable bukan hanya sekadar alat bantu, tetapi juga saksi bisu kejayaan kereta api sejak masa kolonial. Di Malang, turntable tertua tercatat telah ada sejak tahun 1879. Alat bundar pemutar lokomotif ini merupakan warisan masa lalu, sebagai teknologi cerdas yang terus berguna hingga kini.

Apa Itu Turntable Kereta Api?

Turntable kereta api adalah platform rel berbentuk bundar yang dapat berputar pada poros tengahnya. Fungsinya utama adalah untuk memutar arah lokomotif, terutama jenis lokomotif yang hanya memiliki satu sisi kabin pengendali. 

Alat ini menjadi penting di era lokomotif uap dan tetap relevan hingga era diesel, terutama untuk pengaturan di stasiun terminus atau dipo lokomotif.

Turntable di Stasiun Kota Malang - Twitter @KAI121
Turntable di Stasiun Kota Malang - Twitter @KAI121

Dari Masa Kolonial: Jejak Turntable Sejak 1879

Turntable pertama di Jawa Timur dibangun oleh perusahaan kereta kolonial Staatsspoorwegen (SS) sekitar tahun 1879, bersamaan dengan perkembangan jaringan kereta lintas selatan Pulau Jawa. Dua lokasi utama tempat alat ini dipasang adalah Dipo Lokomotif Malang dan Stasiun Bangil.

Di masa kejayaannya, turntable sangat penting karena lokomotif uap seperti seri C dan D hanya bisa dikemudikan dari satu arah. Agar bisa kembali menarik kereta dari arah berlawanan, lokomotif harus diputar 180 derajat, dan di sinilah turntable berperan.

Jejak Sejarah Turntable: Sejak Dibukanya Jalur Bangil–Malang

Dalam sebuah pertemuan awal Mei lalu, guru saya; pemerhati sejarah dan perkeretaapian, Tjahjana Indra Kusuma, mengungkapkan bahwa keberadaan turntable di Stasiun Malang tidak bisa dilepaskan dari sejarah pembukaan jalur kereta api oleh Staatsspoorwegen (SS) pada akhir abad ke-19.

Pemerhati sejarah dan perkeretaapian, Tjahjana Indra Kusuma (kiri) di atas Lokomotif tipe Luttermoller di PG. Gempol - Foto: Tjahjana Indra Kusuma 
Pemerhati sejarah dan perkeretaapian, Tjahjana Indra Kusuma (kiri) di atas Lokomotif tipe Luttermoller di PG. Gempol - Foto: Tjahjana Indra Kusuma 

Jika kita menelusuri peta jaringan kereta api Hindia Belanda tahun 1871, Stasiun Malang tercatat sebagai stasiun terminus atau titik terakhir dari jalur kereta api. Artinya, kereta dari utara seperti Surabaya akan berhenti total di sini. Begitu juga dengan Stasiun Pasuruan, yang terhubung ke Surabaya pada 1878. Jalur kereta belum merambat ke arah selatan. Malang adalah ujung.

Barulah pada 1897, jalur ke Blitar dibuka. Sejak itu, Stasiun Malang bukan lagi stasiun akhir dalam arti fisik, tapi tetap menjadi titik balik banyak perjalanan kereta dari utara. Lokomotif perlu diputar arah di sini sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke kota asal. Ini bukan sekadar prosedur, tapi hasil dari pertimbangan medan yang cukup ekstrem.

Selepas Stasiun Malang, jalur menuju selatan dikenal curam dan menantang. Sebelum dibenahi, elevasi kontur jalur ini memiliki kemiringan signifikan yang cukup menyulitkan. Baru pada tahun 1939 dibangunlah terowongan dan viaduk yang menyesuaikan kelandaian jalur, sekaligus menghilangkan persilangan langsung dengan jalan raya Klodjen Lor-straat yang kala itu cukup sibuk.

Peta kuno cabangan rel awal - Foto: nationaalachief.nl tahun 1871 by Tjahjana Indra Kusuma 
Peta kuno cabangan rel awal - Foto: nationaalachief.nl tahun 1871 by Tjahjana Indra Kusuma 

Pemutaran lokomotif pun bukan hanya soal arah perjalanan. Banyak pertimbangan teknis di baliknya: posisi kabin masinis untuk keselamatan, daya tarik lokomotif yang terpengaruh oleh resultan massa, hingga desain teknis kereta yang sejak awal telah dirancang untuk jalur tertentu.

Dalam peta kuno nationaalarchief.nl 1871 di atas menggambarkan bahwa cabangan rel awal Staatsspoorwegen (SS) menuju Malang didesain terletak di Gempol, sebelum ditetapkan dan dibangun di Ibukota Afdeeling dan Regentscap Bangil.

Turntable Malang: Tua Tapi Tetap Setia

Di Dipo Lokomotif Malang, turntable berdiameter sekitar 18 meter ini masih aktif digunakan. Meski lokomotif uap telah lama pensiun, lokomotif diesel tipe tertentu juga hanya punya kabin di satu sisi (seperti lokomotif seri BB). Maka, turntable masih dibutuhkan untuk memastikan arah perjalanan lokomotif sesuai dengan jalur operasional.

Turntable di Malang berlokasi di tengah pemukiman warga. Jalan masuk menuju area ini melalui gang Manunggal di jalan Panglima Sudirman tak jauh dari pintu Stasiun Kota Malang bagian Timur.

Turntable di Malang berada di tengah pemukiman warga - Foto: FB @Kereta Api Kita (21/10/2024)
Turntable di Malang berada di tengah pemukiman warga - Foto: FB @Kereta Api Kita (21/10/2024)

Keberadaannya bukan hanya simbol sejarah, tetapi juga bagian dari sistem kerja perkeretaapian modern yang efisien.

Turntable Bangil: Hidup Kembali Setelah Vakum

Sama-sama dibangun sekitar tahun 1879, turntable di Stasiun Bangil sempat berhenti digunakan selama bertahun-tahun karena dinilai tidak laik dan riskan. Namun pada 7 Februari 2025 baru-baru ini, alat ini kembali dioperasikan setelah menjalani proses perbaikan dan pemugaran.

Dilansir dari reel Instagram @stasiun.bangil, reaktivasi turntable di Stasiun Bangil, membuat lokomotif dari arah Banyuwangi tidak perlu lagi melaju dengan kondisi “long hood” (hidung panjang di depan) di petak Bangil - Malang.

Kereta api juga tidak perlu ditarik lokomotif tambahan (traksi ganda) hanya untuk menghindari “long hood”. Dengan difungsikan kembali turntable yang memutar kereta api Tawang Alun dan Ijen Ekspres ini, maka kepala lokomotif alan selalu menghadap ke depan, dan posisi “long hood” dan traksi ganda lokomotif Bangil - Malang dapat dihindari.

Turntable tampak dari atas - Foto: Tiktok @Yogas Alien
Turntable tampak dari atas - Foto: Tiktok @Yogas Alien

Kini, turntable Bangil kembali memutar lokomotif sebagai bagian dari penguatan layanan kereta regional, sekaligus menjadi contoh pelestarian teknologi kereta kuno yang masih relevan.

Terdapat Tiga Turntable Aktif di Jawa Timur

Dengan reaktivasi turntable di Bangil, maka sekarang ini terdapat 3 turntable yang aktif di Jawa Timur. Selain di stasiun Malang dan Bangil, turntable juga beroperasi di stasiun Surabaya Pasar Turi dan terletak di area Dipo Lokomotif Pasar Turi, berdekatan dengan jalur utama stasiun. 

Turntable stasiun Bangil sebelum dipugar dan beroperasi - Foto: wikipedia.com
Turntable stasiun Bangil sebelum dipugar dan beroperasi - Foto: wikipedia.com

Selain turntable, Stasiun Pasar Turi juga memiliki “segitiga pembalik” (wye) yang digunakan untuk memutar lokomotif jika turntable sedang tidak dapat difungsikan. Segitiga pembalik ini merupakan jalur rel yang membentuk pola segitiga, memungkinkan lokomotif berputar arah dengan bergerak mundur dan maju melalui jalur tersebut.

Keberadaan turntable dan segitiga pembalik di Stasiun Pasar Turi menunjukkan pentingnya fasilitas ini dalam operasional kereta api, terutama untuk memastikan lokomotif dapat beroperasi dengan arah yang sesuai.

Bagaimana Turntable Bekerja?

Secara teknis, turntable adalah platform rel berbentuk bundar yang bisa berputar di atas poros tengah. Cara kerjanya cukup sederhana:

  • Lokomotif berjalan pelan dan berhenti tepat di atas turntable.
  • Posisi roda diseimbangkan agar berat merata.
  • Pengait atau pengunci diaktifkan untuk keamanan.
  • Platform diputar dulu secara manual, kini dibantu dengan mesin hidrolik.
  • Setelah mencapai sudut yang diinginkan, lokomotif keluar ke rel tujuan.

Proses ini tampak sederhana, tapi sangat penting untuk efisiensi dan keselamatan operasional.

Peresmian beroperasinya kembali turntable di Bangil (7/2/2025) - Foto: IG @sake.bangil
Peresmian beroperasinya kembali turntable di Bangil (7/2/2025) - Foto: IG @sake.bangil

Mengapa Masih Digunakan?

Turntable tetap dibutuhkan karena:

  • Lokomotif tertentu hanya bisa dikemudikan dari satu arah.
  • Menghemat ruang dibanding jalur putar besar (balloon loop).
  • Membantu proses perawatan dan pengaturan posisi di dipo.
  • Mendukung efisiensi di stasiun ujung rute.

Selain itu, turntable juga memiliki nilai sejarah dan edukasi. Banyak penggemar kereta dan pelajar tertarik mempelajari cara kerjanya secara langsung.

Lebih dari Sekadar Besi Berputar

Turntable bukan sekadar teknologi tua. Ia adalah saksi sejarah perjalanan perkeretaapian Indonesia, dari era kolonial hingga era modern. Di tengah gempuran teknologi baru, alat ini tetap bekerja dalam diam, namun setia pada tugasnya, menjaga arah dan irama perjalanan.

Turntable di Malang dan Bangil membuktikan bahwa warisan teknologi lama masih punya tempat di tengah inovasi zaman. Ia bukan hanya alat, tapi simbol kesinambungan sejarah, fungsi, dan daya hidup perkeretaapian negeri ini. (Yy). 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun