Barulah pada 1897, jalur ke Blitar dibuka. Sejak itu, Stasiun Malang bukan lagi stasiun akhir dalam arti fisik, tapi tetap menjadi titik balik banyak perjalanan kereta dari utara. Lokomotif perlu diputar arah di sini sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke kota asal. Ini bukan sekadar prosedur, tapi hasil dari pertimbangan medan yang cukup ekstrem.
Selepas Stasiun Malang, jalur menuju selatan dikenal curam dan menantang. Sebelum dibenahi, elevasi kontur jalur ini memiliki kemiringan signifikan yang cukup menyulitkan. Baru pada tahun 1939 dibangunlah terowongan dan viaduk yang menyesuaikan kelandaian jalur, sekaligus menghilangkan persilangan langsung dengan jalan raya Klodjen Lor-straat yang kala itu cukup sibuk.
Pemutaran lokomotif pun bukan hanya soal arah perjalanan. Banyak pertimbangan teknis di baliknya: posisi kabin masinis untuk keselamatan, daya tarik lokomotif yang terpengaruh oleh resultan massa, hingga desain teknis kereta yang sejak awal telah dirancang untuk jalur tertentu.
Dalam peta kuno nationaalarchief.nl 1871 di atas menggambarkan bahwa cabangan rel awal Staatsspoorwegen (SS) menuju Malang didesain terletak di Gempol, sebelum ditetapkan dan dibangun di Ibukota Afdeeling dan Regentscap Bangil.
Turntable Malang: Tua Tapi Tetap Setia
Di Dipo Lokomotif Malang, turntable berdiameter sekitar 18 meter ini masih aktif digunakan. Meski lokomotif uap telah lama pensiun, lokomotif diesel tipe tertentu juga hanya punya kabin di satu sisi (seperti lokomotif seri BB). Maka, turntable masih dibutuhkan untuk memastikan arah perjalanan lokomotif sesuai dengan jalur operasional.
Turntable di Malang berlokasi di tengah pemukiman warga. Jalan masuk menuju area ini melalui gang Manunggal di jalan Panglima Sudirman tak jauh dari pintu Stasiun Kota Malang bagian Timur.
Keberadaannya bukan hanya simbol sejarah, tetapi juga bagian dari sistem kerja perkeretaapian modern yang efisien.
Turntable Bangil: Hidup Kembali Setelah Vakum
Sama-sama dibangun sekitar tahun 1879, turntable di Stasiun Bangil sempat berhenti digunakan selama bertahun-tahun karena dinilai tidak laik dan riskan. Namun pada 7 Februari 2025 baru-baru ini, alat ini kembali dioperasikan setelah menjalani proses perbaikan dan pemugaran.
Dilansir dari reel Instagram @stasiun.bangil, reaktivasi turntable di Stasiun Bangil, membuat lokomotif dari arah Banyuwangi tidak perlu lagi melaju dengan kondisi “long hood” (hidung panjang di depan) di petak Bangil - Malang.