"Kami tidak tanya kamu siapa, agamamu apa. Yang penting kamu datang dengan hati bersih dan dengan niat baik.”
Modernisasi dan komersialisasi dapat mengancam nilai spiritual di tempat-tempat sakral. Generasi muda perlu diarahkan untuk menghormati ruang-ruang ini bukan hanya sebagai spot foto, tetapi sebagai warisan hidup yang berharga.
Peran aktif warga, pegiat budaya, dan pengunjung sangat penting dalam menjaga nilai toleransi yang telah mengakar di Keraton Gunung Kawi. Dengan kerja sama dan kesadaran bersama, kita dapat melestarikan keharmonisan dan kesakralan tempat ini untuk generasi yang akan datang.
Keraton Gunung Kawi mengajarkan bahwa harmoni bukan hanya impian, melainkan kenyataan yang dapat dicapai dengan memberi ruang dan rasa hormat bagi yang berbeda. Di tempat ini, damai masih hidup dan menjadi contoh bagi kita untuk belajar menjadi manusia yang lebih utuh.
Di tengah hiruk-pikuk intoleransi yang kerap mewarnai ruang publik, Gunung Kawi menawarkan lanskap berbeda. Di kaki pegunungan yang sunyi, lima tempat ibadah berdiri berdampingan tanpa ada pagar pemisah. Yang ada hanyalah doa yang mengalir dari berbagai arah, menyatu dalam keteduhan hutan dan harum dupa. Di sinilah pluralisme tak hanya menjadi wacana, namun nyata hadir sebagai praktik hidup.
Dengan memahami dan menghayati nilai-nilai harmoni dan toleransi yang ada di Keraton Gunung Kawi, kita dapat menemukan pelajaran berharga untuk hidup berdampingan dalam perbedaan. Semoga Lestari! (Yy).
Kisah perjalananku sehari sebelum mengalami kecelakaan tragis, 2 Februari 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI