Mohon tunggu...
Yayuk CJ
Yayuk CJ Mohon Tunggu... Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Keraton Gunung Kawi, Potret Pluralisme Agama di Ranah Spiritual Lokal

14 Mei 2025   01:00 Diperbarui: 14 Mei 2025   10:58 1140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keraton Gunung Kawi - Dokumentasi pribadi 2025

Ritual ini dilakukan di dua tempat sakral; di Keraton Gunung Kawi dan di Pesanggrahan Keraton Gunung Kawi yang terletak di belakang atas di mana terdapat dua patung kuda hitam di samping kanan kiri pintunya.

Tak jauh dari gapura masuk terdapat tiga makam juru kunci pertama yaitu makam Eyang Broto, Eyang Djojo, dan Eyang Hamid. Setelah komplek ini terdapat dua makam pengurus pertamanan dan perkebunan; Toenggoel Manik Djaja Ningrat (Mbah Manik) dan Toenggoel Wati (Mbah Menik) yang sempat dipugar pada Januari 2010. Di makam ini tertulis angka petunjuk tahun 1115 Saka.

Makam tiga juru kunci pertama - Dokumentasi pribadi 2025
Makam tiga juru kunci pertama - Dokumentasi pribadi 2025

Di makam-makam ini setiap hari terdapat sesajen berupa bunga kenanga dan bunga sedap malam, jajan pasar, nasi, telur, dan kopi.

Tempat ini sempat ditutup pada tahun 1965, karena dianggap menjadi sarang anggota PKI yang bersembunyi dan dibuka kembali pada tahun 1974. Sebelumnya area ini belum dikelola dengan baik dan tidak dibuka secara resmi untuk umum, masih sangat sederhana sampai tahun 1978. 

Tahun 1978-1980, tempat ini dibangun dengan lebih baik oleh donatur yang ujudnya terkabul setelah berdoa dan bertapa di tempat ini. Tahun 2013, tempat ini dikelola semakin baik dan terbuka untuk umum.

Kenangan masa SMK Pariwisata di Kuil Kwan Kong - Dokumentasi pribadi 1995
Kenangan masa SMK Pariwisata di Kuil Kwan Kong - Dokumentasi pribadi 1995

Toleransi dalam Harmoni Keberagaman 

Keraton Gunung Kawi menjadi contoh nyata harmoni dalam perbedaan. Yang membuatnya istimewa bukan hanya keberagaman fisiknya, tetapi juga sikap warganya yang saling menghormati. 

Setiap hari besar agama, warga sekitar saling membantu dalam persiapan, tanpa membeda-bedakan. Penjual dupa, bunga, dan makanan melayani semua pembeli dengan perlakuan yang sama. Pengunjung dari berbagai latar belakang agama dapat duduk berdampingan dan berbincang tentang iman tanpa saling menyalahkan. 

Pesanggrahan Keraton Gunung Kawi - Dokumentasi pribadi 2025
Pesanggrahan Keraton Gunung Kawi - Dokumentasi pribadi 2025

Sikap ini mencerminkan toleransi yang tulus dan mendalam, seperti yang dikatakan oleh salah satu tokoh masyarakat lokal:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun