Ini bukan sekadar haus fisik. Yesus haus akan kasih, akan keselamatan dunia. Kita pun sering merasa haus: akan kehadiran, keadilan, dan perhatian.
6. “Sudah selesai.” (Yohanes 19:30)
Ada bagian dari penderitaan yang memang harus diakhiri. Tidak semua harus kita tanggung terus menerus. Melepas beban adalah juga bagian dari iman.
Bukan teriakan putus asa, tapi deklarasi kemenangan. Kadang saya pun berpikir luka ini akhir segalanya. Tapi sabda ini berkata: ada akhir bagi penderitaan. Ada tuntasnya. Dan di akhir itu, ada kehidupan yang baru menanti.
7. “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” (Lukas 23:46)
Akhirnya, sama seperti Yesus bahwa kita pun akan sampai di titik ini: berserah. Bukan menyerah, tetapi memercayakan segala proses pada kasih Tuhan yang tak pernah gagal.
Menyerah bukan kalah, tapi percaya. Dalam proses pemulihan ini, saya sendiri juga belajar melepaskan kontrol, menyerahkan hari demi hari ke dalam tangan-Nya. Karena di tangan Bapa, tak ada yang sia-sia, termasuk air mata.
Ajakan Berjaga-Jaga
Yesus selalu mengajak kita untuk mendekat kepada-Nya, maka dengan demikian Dia akan mendekat pula pada kita.
Yesus mengajak kita untuk berjaga jaga dan bersiap setiap saat (Matius 25:13), mengosongkan diri kita, dan membiarkan Tuhan yang memenuhi kita dalam setiap perjalanan hidup ini.
Sabda demi sabda Yesus ini mengajak kita melewati hari yang sunyi bersama Dia hingga akhir hidup-Nya. Kita diajak berjalan di jalan salib bersama-Nya, dan kita harus yakin bahwa Tuhan pun berjalan bersama kita sampai pada akhir hidup kita.