Sabtu pagi, sebelum cahaya Malam Paskah dinyalakan, gereja Katolik melaksanakan ibadat Tujuh Sabda. Di gereja saya, ibadat ini dilaksanakan pada pagi ini, pukul 07.00 WIB.
Makna Ibadat Tujuh Sabda adalah untuk merenungkan tujuh perkataan terakhir Yesus di kayu salib yang dicatat dalam keempat Injil; Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes.
Ketujuh sabda Yesus ini mempunyai makna mendalam tentang kasih, pengampunan, penderitaan, dan pengharapan. Ibadat ini biasanya diadakan pada Hari Jumat Agung, atau menyesuaikan tradisi gereja lokal sebagai bagian dari peringatan sengsara dan wafat Yesus.
Secara garis besar, Ibadat Tujuh Sabda ini mempunyai makna:
- Menggali makna penderitaan Yesus melalui setiap sabda-Nya, umat diajak masuk lebih dalam ke dalam misteri salib dan kasih Allah.
- Meneladani sikap Yesus; seperti pengampunan kepada musuh, kepedulian kepada sesama, dan ketaatan penuh kepada kehendak Bapa.
- Merefleksikan hidup pribadi melalui ketujuh sabda Yesus. Dalam setiap sabda-Nya menyentuh aspek kehidupan manusia: relasi, penderitaan, rasa ditinggalkan, harapan, dan penyerahan diri.
- Membangun semangat tobat dan pembaruan bagi umat untuk bertobat dan memperbarui hidup dalam terang salib Kristus.
Momen hening ini membuka ruang hati untuk melihat diri secara mendalam. Meskipun tahun ini tak dapat saya lakukan dalam gereja, saya merenungkan sabda Yesus ini satu per satu sembari melihat kembali setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan saya.
Refleksi Tujuh Sabda Yesus di Kayu Salib
Setiap sabda Yesus seperti mengetuk satu-satu sisi luka dalam diri kita sebagai manusia, maka mari kita renungkan bersama:
1. “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34)
Berat untuk memaafkan apabila karena kelalaian orang lain kita menjadi terluka, baik itu luka fisik maupun batin.
Tetapi sabda ini mengajak kita memandang lebih dalam: mengampuni adalah bagian dari penyembuhan, dan penyembuhan sejati membutuhkan belas kasih.