Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Suster Ina - Guruku Inspirasiku

17 November 2023   12:25 Diperbarui: 17 November 2023   16:38 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suster Ina 2022 | dok. pribadi

“Mohon maaf Suster, saya selalu potong rambut di salon pinggiran dekat pasar belakang sekolah,” jawabku agak sungkan dan malu karena aku biasa potong rambut di salon kecil pinggir pasar tradisional.

“Nanti sepulang kantor antar saya ke sana ya…”, Suster Ina langsung menyambung dengan wajah cerianya.

Aku menjawab dengan anggukan dengan penuh tanya berkecamuk di dada.

Tak kusangka ternyata Suster Ina merasa nyaman dan senang dengan hasil potong rambut Mbak Sari pemilik salon pinggiran langgananku. Jujur, aku trenyuh sekaligus gembira.

Menurut Suster Ina, pelayanan Mbak Sari sangat prima. Mbak Sari telaten dan sangat ramah. Hal ini yang membuat Suater Ina sering membawa makanan ringan atau minuman untuk oleh-oleh Mrs. Sari. Perbincangan yang hangat juga mengalir dari Suster Ina dan Mbak Sari sepanjang waktu memangkas rambut, bahkan obrolan penuh tawa keduanya acap kali membuat pelanggan lainnya ikutan tertawa dan terlibat dalam obrolan mereka.

“Suster Ina ini selalu membuat saya tertawa dan lupa pada hutang hahaha…”, seloroh Mbak Sari. Kami pun tertawa bersama.

Menyentuh Hati


Dalam perjalanan mengabdi, kekuatan bertahanku sempat goyah. Tanggungjawab pekerjaan yang kuemban saat itu tidaklah mudah dan jauh dari kata ringan. Pekerjaan yang membutuhkan fokus, konsentrasi dan ketelitian yang tinggi terkadang membuat aku menjadi penuh tekanan.

“Jangan gelisah, jangan ragu, milikilah iman yang teguh” (Wasiat terakhir).

Wasiat yang Suster Ina kutip dari Wasiat Santa Angela ini membuat aku mampu mengatasi semua permasalahan dan pergumulanku saat itu. Tanpa banyak bicara beliau selalu memberikan wawasan tentang kebajikan dan teladan Santa Angela melalui setiap kata-kata nasehatnya juga setiap peri kehidupannya.

“Urip iku urup”, “hidup itu nyala,” beliau mengungkapkan filosofi Jawa ini manakala aku benar di titik terendah. “Hidup itu hendaknya dapat memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita, semakin besar manfaat yang kita berikan tentu akan semakin baik bagi kita maupun orang lain, tetapi sekecil apapun manfaat yang kita berikan kepada orang lain jangan sampai kita menjadi orang yang meresahkan masyarakat. Apapun yang kita terima, baik atau buruk, suka maupun duka, hadapilah dengan terus berbuat baik.”

Sering aku termenung menilik hatiku yang tersentuh dengan nasehat beliau ini. Aku berefleksi dan mulai bertanya-tanya dalam hati: “Sudah lebih baikkah aku daripada orang lain?”
 "Apakah yang sudah aku beri?”
“Pantaskah itu?”

Guruku, Ibuku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun