Mohon tunggu...
YWAM_JP NEWS
YWAM_JP NEWS Mohon Tunggu... Mahasiswa - YW Al Muhajirien Jakapermai

YWAM_JP NEWS adalah blog Bidang Sekretariat Yayasan Waqaf (YW) Al Muhajirien Jakapermai, yang mengelola Sekolah-sekolah Islam Al Azhar di wilayah Jakapermai, Kemang Pratama, Kota Bekasi, dan Grand Wisata, Kabupaten Bekasi. Blog ini berisi tentang kegiatan-kegiatan sekolah yang dikelola yayasan ini, serta tulisan lepas lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menyadari yang Tidak Kita Sadari?!

9 Agustus 2023   16:28 Diperbarui: 9 Agustus 2023   16:32 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Dok. Pribadi (Mahsiswa S3 Ilmu Hukum UIA Jakarta)

Oleh. Muhammad Eko Purwanto

Pada tulisan saya sebelumnya yang berjudul "Menyadari Secara Meditatif ?!" Saya mengatakan bahwa dalam kondisi kesadaran meditatif, seseorang dapat mengalami perasaan kedamaian, ketenangan, dan kejernihan pikiran. Mereka dapat melihat dengan lebih jelas dan obyektif, serta merasakan koneksi yang lebih dalam dengan diri sendiri, orang lain, dan alam semesta. Kesadaran Meditatif juga dapat membantu mengurangi stres, meningkatkan konsentrasi, meningkatkan kepekaan terhadap diri sendiri dan lingkungan, serta memunculkan pemahaman yang luas dan tidak bias.

Selanjutnya, pada pembahasan kali ini tentang mengenal dimensi kesadaran, saya akan mengakhirinya dengan level Kesadaran Kekosongan. Kesadaran kekosongan atau "emptiness consciousness" dalam bahasa Inggris, berasal dari tradisi Buddha dan filosofi Timur. Dalam bahasa Sanskerta, istilah yang sering digunakan adalah "shunyata".

Kesadaran kekosongan merujuk pada pemahaman bahwa segala hal yang kita anggap sebagai realitas atau eksistensi, sebenarnya tidak memiliki substansi yang tetap atau permanen. Ini mengacu pada sifat sementara, bebas, dan tidak terikat dari fenomena alam semesta, termasuk diri sendiri.

Dalam pemahaman kesadaran kekosongan, kita menyadari bahwa segala sesuatu yang kita identifikasi sebagai "saya" atau "milik saya" tidak memiliki hakikat dan tidak berubah atau terpisah dari segala sesuatu yang lain. Kita menyadari bahwa segala sesuatu adalah tergantung pada penyebab dan kondisi lainnya, dan tidak ada entitas yang sepenuhnya mandiri.

Pemahaman tentang kesadaran kekosongan dapat membawa ke pembebasan diri, dari penderitaan dan keterikatan. Ini memungkinkan kita untuk melepaskan pemahaman yang salah tentang identitas, kepemilikan, dan keterikatan yang membuat kita terjebak dalam siklus penderitaan dan keinginan yang tak terpuaskan. Melalui pengalaman secara langsung kesadaran kekosongan, kita dapat mencapai pembebasan dan kedamaian yang lebih dalam.

Penting untuk dicatat bahwa kesadaran kekosongan tidak sama dengan "ketiadaan" atau nihilisme. Ini bukan tentang menyangkal keberadaan atau mengabaikan realitas, tetapi tentang memahami realitas dengan lebih jernih dan membebaskan diri dari identifikasi yang keliru.

Kontribusi Filosof 

Filosof Muslim pertama yang mengemukakan konsep kesadaran kekosongan adalah Ibn Arabi. Ibn Arabi, juga dikenal sebagai Muhyiddin Ibn Arabi atau Sheikh al-Akbar, adalah seorang pemikir dan sufi yang hidup pada abad ke-12 hingga ke-13 Masehi.

Ibn Arabi mengemukakan bahwa kesadaran kekosongan adalah pemahaman tentang hakekat eksistensi yang mencapai titik di mana semua pemisahan, identitas individu, dan wujud materi terhapus. Konsep ini terkait dengan pandangan metafisika dan spiritualnya, di mana ia menyatakan bahwa hakikat sejati adalah manifestasi dari "Kekosongan Mutlak" atau "Wajah Tuhan".

Menurut Ibn Arabi, kesadaran kekosongan adalah pemahaman bahwa segala sesuatu di alam semesta ini adalah penampakan atau refleksi dari Allah SWT. Dalam keadaan ini, individu menyadari bahwa diri mereka sendiri, manusia lain, dan alam semesta adalah sekadar manifestasi dari keberadaan yang Maha Besar.

Ibn Arabi juga berbicara tentang pengalaman individu yang menyatu atau "fana" dengan Allah, di mana kesadaran diri individu terabaikan dan hanya kesadaran akan Kehadiran Allah yang Maha Ada. Dalam kesadaran kekosongan ini, individu mencapai pemahaman tentang ketiadaan diri dan kesatuan yang absolut dengan Allah.

Konsep kesadaran kekosongan Ibn Arabi tidak hanya terbatas pada pengetahuan teoretis, tetapi juga sebagai pengalaman langsung berdasarkan praktik spiritual dan pengamatan introspektif yang intens. Ia berpendapat bahwa kesadaran kekosongan hanya dapat dicapai melalui pengalaman yang mendalam dalam praktik tasawuf, meditasi, dan refleksi batiniah yang sungguh-sungguh.

Dalam pemikiran Ibn Arabi tentang kesadaran kekosongan, terdapat penekanan kuat pada pemahaman akan hakikat sejati dan hubungan individu dengan Kehadiran Tuhan. Melalui pengalaman kesadaran kekosongan, individu dihadapkan pada realitas yang lebih luas dan merasakan kedekatan dengan Tuhan yang melampaui perbedaan-perbedaan yang tampak dan pemisahan lahiriah dalam dunia ini.

Kesadaran Kekosongan

Dalam kesadaran kekosongan, kita belajar melepaskan identitas dan konsep diri yang terbatas, dan menemukan kebebasan sejati di dalamnya. Kesadaran kekosongan tidak berarti kita menjadi kosong atau bahkan nihilistik. Sebaliknya, itu adalah pembebasan dari pemikiran dan konsep yang membatasi identitas kita. Dalam kekosongan, kita merasakan ketiadaan batasan yang memberi ruang bagi potensi dan kreativitas tanpa akhir.

Dalam kekosongan, kita melepaskan attachment pada ego dan identitas diri yang sempit. Kita menyadari bahwa diri kita bukan hanya sekedar tubuh dan pikiran, tetapi juga merupakan esensi yang mendasari yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata atau konsep. Kita menyadari bahwa kita adalah bagian dari keberadaan yang lebih besar dan saling terhubung dengan segala sesuatu di alam semesta ini.

Melalui kesadaran kekosongan, kita juga mengamati dan menginternalisasi sifat impermanen dari semua hal. Segala sesuatu dalam kehidupan ini berfluktuasi dan berubah tanpa henti, dan memahami hal ini membantu kita untuk menghindari kelekatannya yang berlebihan pada hal-hal materi dan hubungan yang sementara. Kita belajar hidup dengan keterbukaan dan fleksibilitas yang membuat kita siap menerima perubahan dan transformasi dalam hidup.

Kekosongan juga membuka pintu bagi kesadaran tentang kehampaan yang melampaui konsep ganda baik-buruk atau benar-salah. Kita menyadari bahwa semua konsep itu relatif, dan tidak ada satu kebenaran mutlak. Dalam hal ini, kita merasakan kerendahan hati dan rasa penghormatan yang dalam terhadap kerumitan dan keselarasan hidup ini.

Namun, mencapai kesadaran kekosongan tidaklah mudah. Kita telah terikat oleh pola pikir dan keyakinan yang telah tertanam dalam diri kita selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, beberapa langkah yang dapat membantu kita memperluas kesadaran kita menuju kekosongan:

  • Sadari dan lepaskan identitas diri yang sempit. Coba jelajahi konsep-konsep yang mendasari identitas Anda, dan sadari bahwa di luar pemikiran dan konsep ini, ada esensi yang lebih dalam yang tidak dapat ditangkap oleh kata-kata.
  • Latih meditasi keheningan. Dalam momen ketenangan ini, kita dapat melihat bagaimana pikiran dan emosi muncul dan menghilang. Melalui meditasi, kita melatih diri kita untuk tidak melekat pada pikiran dan emosi ini, membantu kita melepaskan attachment pada ego.
  • Hadapi ketakutan dan kecemasan dengan pengertian dan kasih sayang. Ketika kita menyadari bahwa kekosongan dan perubahan adalah bagian alami dari kehidupan, kita dapat memandang ketakutan dan kecemasan kita dengan lebih bijaksana dan belas kasihan.
  • Berlatih hidup dalam keterbukaan dan fleksibilitas. Buka diri Anda untuk menerima berbagai pandangan dan pengalaman hidup tanpa penilaian atau penolakan.

Pada akhirnya, melalui kesadaran kekosongan, kita membebaskan diri dari batasan diri dan mencapai kemerdekaan sejati. Kita hidup di luar konsep dan identitas diri yang menyempitkan, dan merasakan kedalaman dan kebebasan yang sejati. Mari kita jelajahi kesadaran kekosongan ini dan membiarkan diri kita terbuka pada keajaiban dan misteri kehidupan ini. ?!. Wallahu A'lamu Bishshawwab.

Bekasi, 9 Agustus 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun