Selama menempuh pendidikan di sekolah pasti ada siswa yang dianggap bermasalah oleh guru
Baik itu permasalahan akademik, perilaku, tidak disiplin, Â dan sebagainya.
Realita yg terjadi ada siswa dari awal masuk sekolah hingga tamat dapat gelar siswa bermasalah. Bahkan ada bagi guru-guru tertentu sudah memberikan tanda merek hitam kepada siswa tersebut, sekali salah sampai tamat akan tetap dianggap salah.
Setiap  mendapati siswa bermasalah  , faktor utama penyebab  kesalahan yang dituduhkan adalah siswa. Sebagian ada yang beranggapan siswa selalu dalam posisi tersangka. Artinya kalau sudah tersangka selamanya akan tetap tersangka.
Sudahkah guru introspeksi diri? Saat Nabi Muhammad  kedatangan tamu seorang  yang mengadukan akan kenakalan anaknya, saat itu rasul tidak banyak berbicara
"Pergilah pulang, koreksi dirimu".
Sebagai guru sekaligus orang tua di sekolah, sudah selayaknya guru mengoreksi diri atas siswa bermasalah. Sudahkah guru menjalankan fungsi bukan hanya sebagai tenaga pengajar, namun mendidik, membimbing, mengarahkan, memotivasi dan menginspirasi?
Bagi yang sudah menjalani profesi guru dalam waktu yang lama tentu bisa mengamati bahwasanya setelah siswa tamat, khususnya siswa siswa yang bermasalah tersebut mampu mengembangkan  diri mereka jauh lebih baik. Baik setelah mereka masuk ke perguruan tinggi maupun  masuk ke dunia kerja.
Pengalaman ini hendaknya menjadi pelajaran bagi guru , bahwasanya siswa yang kita aNggap bermasalah di sekolah, sebenarnya bukanlah bermasalah. Namun  sebagai guru saat itu belum menemukan apa permasalahannya.
Permasalahan disini adalah "potensi diri dari siswa". Mungkin karena tuntutan kurikulum yang seabrek-abreknya membuat guru lupa ada satu hal yang terpenting tidak terpantau dari siswa kita, yaitu "multiple intelegensi".
Setiap siswa unik, setiap siswa cerdas, namun mereka memiliki kecerdasan yang berbeda. Â Kecerdasan ini patut ditemukan oleh guru dan dihargai keberadaannya.