Mohon tunggu...
Yuzelma
Yuzelma Mohon Tunggu... Guru - Giat Literasi

Ilmu adalah buruan, agar buruan tidak lepas, maka ikatlah dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Perilaku Ayam Kampung

11 Februari 2018   22:31 Diperbarui: 11 Februari 2018   23:08 1962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: istem-pertanian-terpadu.blogspot.co.id

Senja mulai beranjak, hiruk pikuk cuitan ayam dan anak-anaknya membuat suasana menjelang Magrib mulai terusik. Ada apakah gerangan?. Akhirnya saya mencoba mencari ke sumber suara. Maklum saat itu saya lagi menginap di rumah saudara, yang memelihara beberapa ekor ayam kampung, dan saya sendiri tidak pernah beternak ayam di rumah. 

Rasa gelisah ditunjukan oleh ayam-ayam tersebut dengan cuitan yang riuh-rendah,bahkan ayam-ayam tersebut sangat responsif dan reaktif , ada yang hanya sekedar berdiri saja sambil mengeluarkan cuitannya, ada yang mondar-mandir kesana-kemari, dan pandangannya mengarah ke sebuah tempat yang tidak jauh dari hadapan ayam.  Suasana sore itu  menjadi daya tarik sendiri bagi saya, yang masa kecil dulu walau orang tua ada memelihara ayam kampung , namun tidak pernah berfikir sama sekali  kenapa ayam reaktif menyambut senja. 

Tidak lama berselang akhirnya si tuan  rumah mulai  sadar, kalau ada tugas yang belum dilaksanakannya. Kemudian tuan rumah menghalau gerombolan ayam-ayam tersebut ke arah kandang, dengan patuh ayam  masuk ke kandang satu persatu.  Selang beberapa waktu setelah semua ayam masuk kandang, saya hanya mendengar suara berisik sebentar, dan kemudian tidak lagi mendengar suara cuitan dari ayam-ayam , suasana makin lama makin hening saat malam sudah beranjak. 

Kenapa ayam kampung mulai  resah saat menjelang senja?  bisa jadi senja adalah suasana yang  paling tidak aman bagi ayam tersebut.

Banyak hal-hal yang akan membahayakan dan mengancam keamanan  mereka ika masih berkeliaran di luar. Misalnya serangan dari bianatang buas, atau dari predator lainnya. Atau bisa jadi ada hubungannya dengan rabun senja yang diidentikan dengan ayam. Saat kecil dulu saya sering mendengar istilah rabun ayam, sinonim dari rabun senja. Saya pernah mendengar juga dari nenek saya dulunya kalau saat senja  penglihatan ayam sudah mulai berkurang. Benar atau tidaknya biarlah ahli yang menentukan.  Karena dalam tulisan ini saya tidak akan bahas secara ilmiah kenapa ayam saat senja hari mulai gelisah dan ingin mencari tempat berlindung seperti kandang.

Kejadian sore itu menyuruh saya berfikir dan bahkan telah mengingatkan saya akan falsafah  (way Of Live)  orang Minang  (dari Sumatera Barat) yaitu " alam Takambang menjadi guru".  Kejadian sore itu mengandung suatu sinyal / suatu isyarat kepada saya, " Bahwasanya saat senja menjelang jangan ada lagi yang masih beraktifitas di luar". atau  carilah tempat atau posisi yang lebih nyaman  untuk berlindung. Karena saat malam hari  dalam suasana gelap gulita akan banyak ancaman  dan tantangan yang akan dihadapi.  

Falsafah "Alam takambang menjadi guru mempunyai makna yang mendalam. Dimana alam yang kita kenal bukan saja sebagai tempat tinggal dan tempat kita  hidup,  alam sebagai sumber kesejahteraan dan alam juga yang memenuhi semua kebutuhan, namun  alam dengan segala bentuk  dan isi nya adalah  sebagai guru. Guru yang dimaksud disini adalah sebuah pedoman,  acuan  atau ajaran dalam hidup.  Ini artinya bahwa setiap penciptaan alam memiliki makna yang paling mendalam.   Bahkan Allah SWT dalam Alquraan pernah juga menyuruh  " agar manusia berfikir, memperhatikan kejadian langit dan bumi serta alam semesta, sebagaimana yg dilakukan oleh Nabi  Ibrahim dahulu, dalam pencarian Tuhan Sang pencipta alam. 

Hidup di zaman sekarang, dimana setiap  orang memilki mobilitas yang tinggi , disibukan oleh tuntutan hidup, bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup bagi anggota keluarga.   Seringkali kita lupa suasana  menjelang senja  (Magrib) adalah suasana dimana kita hendaknya sudah berada di lingkungan yang aman dalam hal ini adalah di rumah.  Namun  terkadang situasi dan kondisi  di perkotaaan sulit untuk diprediksi,  apalagi hidup di kota metropolitan , macet menjadikan suatu alasan bagi kita untuk  tidak bisa sampai di rumah menjelang senja (Magrib).

Saya masih ingat bahwasanya orang tua dulu sering membuat mitos tentang senja, dengan melarang anak-anak mereka bermain  di luar rumah sambil mengatakan" jangan main di luar nak, nanti terinjak anak setan". Atau setan berkeliaran di saat Magrib nak, ayo masuk". Ternyata apa yang disampaikan oleh tetua dulunya bukan mitos. Saya pernah membaca salah satu hadis Nabi tentang hal ini . "Jangan kalian membiarkan anak anak kalian di saat matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam," (Dari Jabir dalam kitab Sahih Muslim). 

Kebenaran tentang hal ini dijelaskan secara ilmiah oleh ilmuwan dalam sebuah buku ilmiah keagamaan karya Prof. DR. Ir. H. Osly Rachman, MS berjudul The Science Of Shalat  yang diterbitkan Qultummedia menjelaskan bahwa menjelang magrib, alam akan berubah menjadi spektrum cahaya berwarna merah. 

Cahaya merupakan gelombang elektromagnetis (EM) yang memiliki spektrum warna yang berbeda satu sama lain. Setiap warna dalam spektrum mempunyai energi, frekuensi dan panjang gelombang yang berbeda.  Dalam bukunya dijelaskan bahwa ketika waktu maghrib tiba, terjadi perubahan spectrum warna alam selaras dengan frekuensi jin dan iblis, yakni spektrum warna merah. Pada waktu ini, jin dan iblis amat bertenaga karena memiliki resonansi bersamaan dengan warna alam. Pada waktu Maghrib, banyak interfernsi atau tumpang tindihnya dua atau lebih gelombang yang berfrekuensi sama sehingga penglihatan terkadang kurang tajam oleh adanya fatamorgana.

Sebagai seorang Islam kita memaknainya  dengan sangat sederhana, kenapa saat Magrib kita harus berada di rumah?. Karena  waktu Shalat  Magrib  adalah waktu yang tersingkat dibandingkan dengan waktu shalat lima waktu lainnya. Oleh sebab itu setiap Muslim harus menyegerakan shalat Magrib ini. 

Melihat kondisi yang berkembang saat ini,  dimana orang-orang sudah mulai melupakan waktu Magrib yang di sakralkan. Dimana saat Magrib masih banyak yang melaksanakan aktiftas di luar rumah. Pemuda-pemuda yang sedang main bola masih asik dengan kegiatannya, ibu-ibu yang sedang berbelanja di mall masih asik dengan aktifitas belanjanya, anak-anak gadis masih asik dengan tontonan dan HPnya,  bapak-bapak yang duduk di warung kopi seakan-akan tidak mengindahkan suasana menjalang senja. Pekerja-pekerja di industri lebih mengutamakan pekerjaannya, padahal resiko kerja berada di hadapan mereka.

Ayam kampung saja pulang ke kandang saat menjelang senja.

LAntas bagaimana  kita menyikapi senja menjelang apabila masih terjebak dengan suasana kota metropolitan ini?. salah satunya carilah tempat perlindungan sementara, bernaunglah terlebih dahulu di rumah Allah SWT (Masjid) yang terdekat, atau tempat-rempat yang bisa untuk melaksanakan shalat. Insyalah akan terjauh dari ancaman bala saat malam menjelang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun