Mohon tunggu...
Yuswanto Raider
Yuswanto Raider Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang guru dan penulis lepas yang lahir di Surabaya pada 14 Februari 1974. Sejak tahun 2005 saya tinggal di Desa Kembangsri Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto

Hobi saya merawat tanaman, traveling, outdoor learning, dan advokasi kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Celoteh Matahari Kecil Ku

21 Juli 2021   03:06 Diperbarui: 21 Juli 2021   05:30 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beban berat dipundak Ku, nyatanya mampu Aku jalani dengan penuh kegigihan. Rasa bersyukur selalu Aku jadikan pemompa semangat Ku dalam menjalani kehidupan ini. Apalagi sorot mata dan raut wajah ketiga matahari Ku selalu menjadi pencerah dan penunjuk jalan bagi Ku dalam mengais rejeki halal. Hidup terasa santai, nyaman, dan benar-benar berguna bagi keluarga maupun orang-orang di sekitar kehidupan Ku.

Kehidupan yang Aku jalani sehari-hari, kini rasanya kian menantang. Sejak matahari kecil Ku kian pandai berceloteh. Apalagi ketika dirinya berkomunikasi, bahasa yang digunakan terasa lugas, komunikatif, sekaligus lucu lagi menjengkelkan. Ya, itulah peringai putri Ku yang ketiga. Kecerdasan yang dimilikinya secara genetika, mampu menjadikannya anak kecil yang berwawasan dan penuh kata-kata saat mendeskripsikan keadaan disekitarnya.

Salah satu celotehnya, terasa langsung menancap dalam pikiran dan hatiku. Aura wajahnya begitu serius tetapi memelas. Kata-katanya sederhana tapi penuh makna. Bahkan tak kan terpikirkan siapa pun, bila anak belum genap usia enam tahun itu, nyatanya mampu mengatakan sesuatu yang teramat sangat bermakna.

screenshot-2021-03-23-21-40-48-06-60f72b9e1525105d8108e232.jpg
screenshot-2021-03-23-21-40-48-06-60f72b9e1525105d8108e232.jpg
Seperti biasanya, sepulang kerja Aku langsung menuju rumah istri kedua Ku. Sesampainya di halaman rumah, yang terdengar pasti teriakan si kecil sambil menari-nari kegirangan. Apalagi Aku pulang dengan membelikan oleh-oleh sesuai pesanannya saat video call. Tentu dia akan membukakan pintu pagar teras rumah sembari menyapa dan memeluk Ku.

"Ayah, kok pulang terlambat?" tanya si matahari kecil Ku.

"Iya, sayang. Ayah lagi banyak kerjaan di sekolah," jawab Ku ringan seraya melepas helm Ku.

"Lho, Ayah tidak mandi ya?" tanyanya lagi.

"Mandi, lha! Memang, kenapa Adik tanya gitu?" jawabku serius.

"Nah, itu. Baju Ayah masih tetap baju kemarin. Berarti Ayah tidak mandi, dong!" kilahnya memojokkan Ku.

"Oh, Ayah memang lupa tidak ganti baju. Tadi pagi buru-buru nyelesaikan pekerjaan bos Ayah," jawab Ku mencoba menghindar sambil tersenyum.

Matahari kecil Ku tak berkata lagi. Buru-buru dia mengambil bungkusan plastik yang berisi kue pesanannya. Aku pun sontak menggendongnya dan mengajak masuk rumah. Sementara istri Ku hanya memandangi sambil tersenyum. Sebab, sedari tadi dirinya menyaksikan perbincangan Ku dengan si kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun