Pakde ku adalah seorang bajak laut, dia memimpin sebuah kapal sebesar kapal kargo VLGC milik Pertamina, sebelum menekuni profesi sebagai bajak laut, dia hanyalah pengrajin mebel, namun karena bahan baku kayu semakin langka maka akhirnya dia memutuskan untuk menjadi bajak laut. Dan sekarang dia telah menjadi penguasa lautan yang memiliki 17.000 pulau tersebar disegala penjuru. Perawakannya kurus dan sekilas tidak meyakinkan untuk dipandang sebagai kapten kapal, nyatanya para ABK sangat menghormati dan taat dengan aturan mainnya. Pandangan matanya mencerminkan seorang pemikir handal, aku banyak belajar dari Pakde ku ini, meskipun orang ndeso, tapi punya visi misi yang seluas lautan, dan kerjaku di atas kapal ini hanya sebagai tukang cuci piring.
Kerap kali Pakde ku ini bertemu dengan kapal bajak laut lain, yang berusaha untuk menguasai sebagian wilayah lautan kami, dia orang yang pemberani, gigih dan pantang mundur. Segera saja meriam disiapkan untuk menghalau kapal bajak laut itu. Aku hanya tukang cuci piring, biasanya ada seorang markonis senior yang menyiapkan amunisi meriam untuk menenggelamkan kapal asing itu. Markonis yang satu ini memang paling ahli menenggelamkan.Â
Saat ini Pakde ku sedang membangun beberapa pelabuhan besar untuk bersandar kapal-kapal miliknya, kapalnya ada ribuan, bahkan Pakde ku punya ambisi untuk membangun pelabuhan disetiap pulau yang ada di lautan ini. Berarti nantinya akan ada 17.000 pelabuhan. Seminggu sekali kapal kami bersandar di pulau paling timur di laut ini. Aku paling senang berada di pulau itu, karena jalanan masih lengang dan jauh dari kebisingan kendaraan darat, tidak seperti saat berada di pulau yang letaknya di tengah laut ini. Banyak kendaraan, polusi, banyak orang bertikai karena daratan semakin sempit.
Di laut kami tidak kuatir akan reklamasi, toh..ini laut yang luas, kami tidak butuh perdebatan tentang reklamasi. Di atas kapal ini kami hidup berkecukupan, kami memiliki kapal besar yang  tiga kali lebih besar dari kapal ini yang berfungsi untuk tempat bercocok tanam, di kapal itu kami menanam berbagai macam sayuran, ubi-ubian bahkan padi untuk memenuhi kebutuhan pangan kami. Tidak perlu tanah, sebab kami menanam itu semua dengan sistem hidroponik. Air laut disuling dan air hasil sulingan untuk mengairi tanaman-tanaman itu. Sedangkan untuk kebutuhan daging, kami tinggal ambil dari laut, dalam menangkap ikan kami menggunakan cara pancing ulur dan huhate, kami sudah tidak menggunakan cantrang lagi untuk menangkap ikan. Untuk kebutuhan listrik kami menggunakan panel tenaga surya. Pakde ku memang orang yang inovatif.Â
Aku ingin menjadi bajak laut seperti Pakde, orang yang ambisius untuk terus membangun, mempertahankan lautan dan pulau-pulau yang ada didalamnya, tidak takut dengan bajak laut lain yang  berusaha merebut wilayahnya. Sore ini, kami akan bersepeda bersama menyusuri laut, sepeda ini khusus untuk digunakan di laut. Aku mendapat sepeda ini juga dari Pakde ku yang baik hati.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI