Mohon tunggu...
Yusuf Siswantara
Yusuf Siswantara Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik dan Pemerhati Pendidikan

Menyukai penelitian dan pendidikan nilai dan karakter

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Kepentingan: Keputusan, Pengkhianatan, dan Tantangan Karakter Pemimpin Bangsa

22 Oktober 2023   23:55 Diperbarui: 23 Oktober 2023   05:34 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"GORO-GORO" POLITIK 

Dalam beberapa waktu terakhir, kita telah menyaksikan berbagai peristiwa politik yang membingungkan di Indonesia. Salah satu fokus utamanya adalah keputusan Mahkamah Konstitusi yang mengubah persyaratan usia calon presiden dan wakil presiden, yang memungkinkan Gibran, putra sulung Joko Widodo, untuk maju sebagai calon wakil presiden. Banyak yang meragukan kemandirian MK dalam keputusannya, menganggapnya terpengaruh oleh pertimbangan politik.

Namun, kerumitan politik di Indonesia tidak hanya terbatas pada MK. Kita telah melihat sejumlah elit politik yang berperilaku yang kurang biasa. Contohnya, Budiman Sudjatmiko, seorang kader PDI Perjuangan, tiba-tiba menentang keputusan partainya untuk mengusung Ganjar sebagai calon presiden. Hal ini membingungkan karena sebelumnya dia tidak pernah menyuarakan dukungan untuk tokoh di luar partainya.

Hal yang lebih mengejutkan adalah ambivalensi Joko Widodo dalam mendukung calon presiden. Meskipun partainya jelas mendukung Ganjar, Jokowi terlihat tidak tegas dalam menentukan dukungannya, menciptakan spekulasi bahwa dia mungkin lebih condong ke Prabowo.

Pertanyaan lain yang muncul adalah mengenai Gibran yang diusulkan menjadi calon wakil presiden untuk Prabowo, yang berpotensi mengakibatkan hengkangnya dari PDI Perjuangan yang telah mendukungnya sebagai walikota. Bahkan, Golkar, partai berpengalaman, tiba-tiba mengajukan Gibran sebagai calon wakil presiden untuk Prabowo, yang bisa menimbulkan kekecewaan di kalangan partainya sendiri.

Semua kerumitan politik ini seakan berpusat pada Prabowo. Sepertinya,  kehadirannya telah menyebabkan perilaku yang tidak lazim di kalangan elit politik. Kita menyaksikan penghianatan di internal partai, hilangnya rasa hormat terhadap keputusan partai, dan permainan kasar antara elit politik. Hal ini berpotensi (atau sudah?) merusak tata krama politik dan mengancam harga diri politik di tingkat elit di Indonesia. Politik elite, sepertinya, kehilangan respek satu sama lain, dan ini benar-benar memprihatinkan.

Karakter Pemimpin: Secuil Tantangan  

Dalam situasi politik yang rumit seperti yang kita saksikan di Indonesia, karakter pemimpin menjadi pilar penting dalam menentukan nasib bangsa. Apa yang bisa kita pelajari?  Mari kita bahas dalam bahasa yang lebih "santui" namun (semoga) tetap serius.

Pertama-tama, kita butuh pemimpin yang tegas dan jelas dalam tindakan serta perkataannya. Ini penting karena ketidakjelasan dalam pandangan politik dapat membingungkan rakyat dan merongrong stabilitas politik. Ketika pemimpin kurang tegas, dapat muncul keraguan dan kebingungan dalam masyarakat.

Kemudian, independensi pemimpin dalam menghadapi lembaga-lembaga hukum menjadi faktor penentu. Pemimpin harus mengutamakan kepentingan nasional di atas pertimbangan politik atau kepentingan pribadi. Jika tidak, keadilan dan integritas lembaga-lembaga hukum bisa terancam.

Selanjutnya, pemimpin harus paham tata krama politik. Menghormati keputusan partai dan proses demokratis di dalamnya adalah jalan menuju harmoni politik. Ketidakpatuhan terhadap tata krama politik dapat mengakibatkan konflik dan ketidakstabilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun